REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (28/5) sore bergerak menguat seiring turunnya tensi politik dalam negeri. Rupiah menguat 5 poin atau 0,03 persen menjadi Rp 14.375 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.380 per dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta mengatakan, setelah demo rusuh, tensi politik dalam negeri menurun. Pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno resmi mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
"Menunggu putusan MK, suhu politik mendingin dan tidak ada atau belum ada lagi pengerahan massa. Kondisi tenang seperti ini tentu membuat investor tenang," ujar Ibrahim.
Ia menilai, proses demokrasi kini kembali berlangsung tertib sesuai dengan koridor konstitusi. Tinggal menunggu putusan MK dan sepertinya proses tahapan Pemilu 2019 sudah selesai. Indonesia akan segera memiliki pemimpin periode 2019-2024.
Dari eksternal, tensi yang meninggi di Timur Tengah dikhawatirkan terus tereskalasi dan berujung pada agresi militer alias perang. Pasokan minyak berpotensi terhambat karena Timur Tengah adalah kawasan penghasil minyak terbesar di dunia. Tidak heran harga minyak naik lumayan tajam.
"Kenaikan harga minyak bukan kabar baik buat rupiah. Sebab Indonesia adalah negara net importir minyak, yang suka tidak suka harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri," kata Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat Rp 14.375 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp 14.370 per dolar AS hingga Rp 14.419 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp 14.380 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.36 per dolar AS.