REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengatakan inflasi di NTB pada April 2019 sebesar 0,40 persen (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,22 persen. Meskipun demikian, tekanan inflasi Provinsi NTB tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Nasional yang tercatat inflasi sebesar 0,44 persen.
Achris menyebutkan, inflasi NTB pada April 2019 disebabkan kelompok komoditas bahan makanan bergejolak, terutama kenaikan harga pada komoditas sayuran hortikultura (tomat sayur, bawang merah, dan bawang putih). Selain itu, adanya kenaikan tarif angkutan udara, khususnya pada rute Lombok-Surabaya, mendorong tekanan inflasi pada kelompok komoditas administered price. Secara tahunan, inflasi NTB pada April 2019 tercatat 2,48 persen (yoy) atau sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,45 persen (yoy).
"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) BI, baik di Kota Mataram dan Kota Bima, inflasi bulan Ramadhan atau Mei 2019 secara umum terkendali," ujar Achris di Mataram, NTB, Selasa (21/5).
BI NTB memperkirakan inflasi NTB pada Mei 2019 berada pada rentang 0,3 sampai 0,5 persen (mtm) atau sejalan dengan rata-rata catatan bulan Ramadhan dalam empat tahun terakhir yang sebesar 0,34 persen (mtm). Tekanan harga yang terkendali didorong oleh deflasi yang terjadi pada komoditas beras yang masih mengalami penurunan seiring panen yang terjadi pada April.
"Adapun komoditas yang diperkirakan menyumbang inflasi antara lain bawang putih, cabai, batu bata, dan tarif angkutan udara," ucap Achris.
Achris memprediksi tekanan harga akan mengalami peningkatan pada Juni 2019 saat pelaksanaan idulfitri. Berdasarkan data idulfitri sebelumnya, inflasi mencapai 0,73 persen (mtm) didorong meningkatnya konsumsi masyarakat saat idulfitri dan berlanjutnya tradisi lebaran ketupat pada H+7.
Achris menyampaikan tim pengendalian inflasi daerah (TPID) NTB telah melakukan sejumlah langkah strategis sepanjang Ramadhan. Upaya itu antara lain, memantau harga secara harian di pasar tradisional dan modern, menggelar pasar murah di seluruh kota/kabupaten di NTB, melakukan sidak dan monitor pasar, produsen/distributor/pedagang bahan pokok untuk memastikan keterjangkauan harga dan ketersediaan stok.
"TPID NTB juga mengimbau produsen/distributor/pedagang untuk memperhatikan ketersediaan pasokan dan kewajaran harga, serta kepada konsumen untuk berbelanja bijak," kata Achris.