REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia mengalami pelemahan rupiah dalam beberapa pekan terakhir salah satunya karena tertahannya Penanaman Modal Asing (PMA). Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam menyatakan ada beberapa penyebab utama pelemahan rupiah terkait PMA.
"Pemilu hanya jadi faktor yang menguatkan saja bagi investor untuk hold dulu," kata dia pada Republika.co.id, Senin (20/5).
Menurut Piter, penyebab utama pelemahan rupiah adalah modal asing yang masih mengalir keluar. Nilai tukar negara-negara lain sudah mulai kembali menguat disebabkan sudah kembali stabilnya aliran modal asing mereka.
Piter mengatakan ada beberapa alasan mengapa aliran modal asing di Indonesia masih mengalir keluar. Pertama, yakni dominasi modal asing yang cukup besar di portofolio Indonesia. Sekitar 40 persen dari surat utang pemerintah dan equity dimiliki oleh pemodal asing.
Kedua, defisit neraca berjalan (CAD) yang terus memburuk terutama dengan masih defisitnya neraca perdagangan. Ketiga, kondisi politik yang masih bergejolak dengan belum selesainya proses pemilu. Hasil perolehan suara akan diumumkan pada 22 Mei 2019 mendatang.
Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) mencatat, aliran modal asing yang keluar dari Indonesia atau outflow mencapai Rp 11,3 triliun (nett jual) dari Senin (13/5) hingga Kamis (16/5). Dari total tersebut, sebanyak Rp 7,6 triliun di antaranya adalah Surat Berharga Negara dan sekitar Rp 4 triliun saham.
Rupiah terus melemah sejak awal bulan ini. Pada 30 April, rupiah berada di level Rp 14.215 per dolar AS. Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah pada hari ini, Senin, ditransaksikan senilai Rp 14.478 per dolar AS.