Jumat 17 May 2019 23:01 WIB

Katalis Merah Putih ITB Digunakan di Kilang Minyak Pertamina

Indonesia dapat menghemat solar dari minyak bumi yang mayoritas diimpor.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Gita Amanda
 Pekerja menggali jalur pipa Bahan Bakar Minyak (BBM) solar yang menghubungkan Kilang Pertamina Cilacap-Tasikmalaya. (Ilustrasi)
Pekerja menggali jalur pipa Bahan Bakar Minyak (BBM) solar yang menghubungkan Kilang Pertamina Cilacap-Tasikmalaya. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina Refinery Unit (RU) II Dumai telah berhasil memproduksi green diesel atau solar nabati D-10 dengan kandungan 87,5 persen solar minyak bumi dan 12,5 persen minyak sawit. Keberhasilan ini berkat Katalis Merah Putih yang dikembangkan Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis Institut Teknologi Bandung (TRKK ITB) dan diproduksi oleh PT Pupuk Kujang.

"Ternyata kita mampu (produksi green diesel). Kualitasnya juga jauh lebih naik. Pertamina baru mampu hasilkan dua belas ribu barel per hari. Kalau sepuluh persennya dari sawit, kita hemat seribu dua ratus barel per hari. Sekarang (komposisi sawitnya) di angka 12,5 persen. Ini harus kita tingkatkan terus supaya menjadi lebih baik di angka 20 persen atau 30 persen," ungkap Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Jumat (17/5).

Baca Juga

Nasir mengungkapkan hal tersebut saat mengunjungi "Pengolahan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) Menjadi Green Diesel atau Diesel Nabati Dengan Teknologi Co-Processing" di Kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai, Riau pada Kamis (16/5) lalu. Dalam kesempatan ini Nasir menyatakan Indonesia dapat menghemat solar dari minyak bumi yang mayoritas diimpor. Minyak bumi tersebut digantikan dengan minyak sawit yang sudah diolah hingga mencapai RBDPO atau Minyak Sawit Tersuling, Cerah, dan Tak Berbau.

"Misal kandungan sawitnya itu 10 persen, dalam satu tahun Indonesia bisa kurangi 10 persen dari total impor (minyak bumi) yang habiskan 17,6 miliar dollar per tahun, bisa menghemat sepuluh persen atau 1,6 miliar dollar per tahun atau Rp 25 triliun," kata Nasir.

Saat ini green diesel atau solar nabati yang diproduksi Pertamina sudah memiliki 12,5 persen kandungan minyak sawit, sehingga penghematan impor bahan bakar fosil yang digunakan untuk solar dapat dikurangi. Jumlah impor yang mencapai ratusan triliun rupiah membuat Indonesia harus mencari sumber energi nabati.

"Kalau kita naikan sawitnya menjadi 12,5 persen, kita hemat di angka 31,25 triliun Rupiah. Impor kita mencapai 250 triliun per tahun. Ini harus kita hemat. Ini yang harus kita tingkatkan kapasitas sawitnya," ujar Nasir.

Green diesel atau solar nabati yang diproduksi Pertamina dengan Katalis Merah Putih dari ITB ini tidak hanya menghemat anggaran impor bahan bakar dari fosil. Namun juga memiliki cetane atau tingkat pembakaran diesel yang lebih bersih dengan emisi atau polusi udara yang lebih sedikit.

General Manager Pertamina Refinery Unit (RU) II Dumai Nandang Kurnaedi mengungkapkan Pertamina sedang mempertimbangkan untuk memproduksi lebih banyak green diesel D-10. "Insya Allah ke depannya untuk swasembada energi, ini akan jadi prospek yg lebih bagus lagi," kata dia.

Katalis Merah Putih yang berhasil dimanfaatkan di Pertamina Refinery Unit II Dumai ini adalah hasil kerja sama ITB dengan Research Technology Center (RTC) Pertamina. Pertamina mendukung Katalis Merah Putih melalui pengujian Katalis Merah Putih dengan reaktor yang dimiliki RTC Pertamina selama lebih dari 10 bulan.

Kemenristekdikti juga telah mendukung inovasi dari ITB ini sejak 2017 melalui program Inovasi Perguruan Tinggi di Industri (IPTI). Salah satunya dengan diresmikannya Industri Katalis Pendidikan di Laboratorium TRKK ITB pada 11 Oktober 2018 lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement