Selasa 07 May 2019 14:35 WIB

Kementan Kembangkan Tumpang Sari Padi dan Jagung

Sistem tanam tumpang sari dilaksanakan pada target areal seluas 350.000 hektare.

Red: EH Ismail
Ilustrasi petani menanam dengan sistem tumpangsari
Ilustrasi petani menanam dengan sistem tumpangsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) mengembangkan tumpang sari padi dan jagung secara nasional. Sistem tanam ini efektif untuk peningkatan pendapatan petani dan pencapaian swasembada pangan nasional.

Hal tersebut dikatakan Kasubdit Jagung dan Serealia Lainnya, Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Andi Saleh di Jakarta pada Selasa (7/5).

Tahun ini, sistem tanam tumpang sari padi jagung dilaksanakan pada target areal seluas 350.000 hektare dari keseluruhan alokasi tumpang sari padi jagung kedelai seluas 1.050.000. Pelaksanannya memanfaatkan komponen bantuan kegiatan tumpang sari padi jagung berupa bantuan benih.

Paket bantuan yang diberikan ini nantinya hanya bersifat stimulan. “Artinya apabila bantuan tidak mencukupi untuk menyediakan paket teknologi yang direkomendasikan Badan Litbang Kementan atau instansi lainnya, maka tambahan anggaran dapat didukung dari anggaran APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota dan atau swadaya,” ujar Andi Saleh.

Penggunaan lahan kegiatan tumpangsari meningkatkan produktivitas. Jarak tanam yang digunakan padi gogo adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (dalam barisan). Sedangkan jarak tanam jagung adalah 40 cm (antar barisan) x 15 cm (dalam barisan). 

Jarak antara blok padi atau jagung 40 cm dengan memperhitungkan jumlah populasi tanaman dalam satu hektare. Populasi tanaman per hektar pada sistem tumpang sari ini menggunakan populasi rapat, dengan jumlah populasi kurang lebih 200.000 rumpun/ha untuk padi dan 80.000 batang/ha untuk jagung.

Terkait dengan waktu tanamnya, sistem tumpang sari berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif. Sifatnya lebih cepat dan dominan menguasai ruang dan lebih mampu berkompetisi dalam memperebutkan air, unsur hara, dan cahaya. Waktu tanam pada kegiatan tumpang sari adalah padi gogo dilakukan lebih awal dengan selang waktu tiga pekan sebelum penanaman jagung.

“Apabila pola tumpang sari ini kita kelola dengan baik, saya yakin kita akan mampu menjaga ketahanan pangan nasional,” ujar Andi.

Tumpang sari merupakan cara meningkatkan efisiensi lahan karena dapat mengoptimalkan pemanfaatan cahaya, air dan hara. Juga mengontrol gulma, hama dan penyakit, serta merupakan jalur menuju pertanian yang berkelanjutan. Selain itu, sistem tanam tumpang sari antar komoditas tanaman pangan telah banyak dipraktikkan oleh petani. 

Bila komposisi tanaman dan jarak tanam ditata dengan tepat maka hasil dari kombinasi tanaman per satuan luas lebih tinggi dari sistem monokultur. Hal ini dapat menjadi solusi dan terobosan dalam pencapaian swasembada pangan. Pola tanam tumpang sari juga meningkatkan intensitas penggunaan lahan, dimana intensitas penggunaan lahan yang tinggi berdanpak positif terhadap peningkatan pendapatan petani.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement