Jumat 03 May 2019 19:17 WIB

Realisasi Serapan Beras Bulog Masuk 400 Ribu Ton

Kapasitas gudang Bulog untuk beras mencapai 3 juta ton.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi gudang beras Bulog
Ilustrasi gudang beras Bulog

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar mengatakan, realisasi penyerapan beras Bulog hingga saat ini sudah mencapai  400 ribu ton sejak April kemarin. Dia menjelaskan, saat ini penyerapan yang dilakukan Bulog per hari mencapai 10 ribu ton dan pihaknya optimistis dapat mengejar target serapan sebesar 1,8 juta ton hingga akhir tahun ini.

Menurut dia, jumlah penyerapan beras oleh Bulog tersebut belum meliputi keseluruhan target sebab panen raya baru dimulai secara masif sejak April. Sedangkan pada Mei ini, kata dia, aktivitas panen masih terus berjalan.

Baca Juga

“Saat in Bulog hanya bisa menyerap antara 7 persen dari jumlah panen Indonesia,” kata Bachtiar saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (3/5).

Di sisi lain, jumlah pasokan beras yang dimiliki Bulog saat ini sudah menyentuh 2.050.000 ton yang berasal dari pengadaan tahun lalu dan pengadaan yang dilakukan baru-baru ini. Jumlah tersebut diklaim mampu menjaga stabilitas harga dari kebutuhan konsumsi masyarakat pada Ramadhan dan Lebaran nanti.

Dia menambahkan, sesuai dengan fungsi Bulog sebagai lembaga yang menjaga stabilitas harga, ketersediaan, hingga keterjangkauan stok, pihaknya memastikan seluruh stok yang dimiliki Bulog sudah tersebar di seluruh Indonesia.

Dia menjelaskan, saat ini kapasitas gudang Bulog secara keseluruhan mencapai 4 juta ton. Namun hal itu, kata dia, tidak hanya diisi oleh komoditas beras saja, melainkan juga sudah terisi oleh gula dan komoditas lainnya. Sedangkan untuk beras, Bachtiar mengatakan pihaknya sudah menyiapkan sekitar 2-3 juta ton kapasitas yang direncanakan.

Sedangkan terkait penyaluran serapannya, dia menjelaskan saat ini Bulog tetap akan melakukan operasi pasar (OP) dan menjual secara komersial layaknya perusahaan umum yang menerapkan sistem beli langsung jual (pay to sell).

“Ini juga termasuk beras-beras premium,” kata dia.

Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2015 disebutkan, harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) berkisar Rp 3.700 per kilogram di tingkat petani sementara itu HPP gabah kering giling (GKG) berkisar Rp 4.650 per kilogram di gudang Bulog, sedangkan HPP beras dipatok di kisaran harga Rp 7.300 per kilogram.

Selanjutnya, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan untuk menambah HPP sebesar 10 persen untuk masing-masing kondisi gabah. Dengan demikian, HPP GKP saat ini menjadi Rp 4.070 per kg, HPP GKG menjadi Rp 5.115 per kg, dan HPP beras menjadi Rp 8.030 per kg.

Mengacu aturan tersebut, Deputi Bidang Usaha Agro dan Industri Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan, fleksibilitas penyerapan panen akan dilakukan apabila harganya sesuai di bawah HPP yang ada. Adapun fungsi perlindungan harga terhadap pembelian panen petani akan mengacu pada Inpres tersebut.

“Jadi Bulog kalau harganya di bawah itu (HPP), pasti beli,” kata dia.

Terkait dengan rapat yang dilakukan bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Wahyu mengaku belum ada pembahasan teknis mengenai usulan menaikkan HPP guna memaksimalkan serapan gabah petani. Kendati demikian, sejauh ini pemerintah sudah mengkalkulasi hitungan usulan HPP yang akan dirundingkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement