Kamis 25 Apr 2019 10:19 WIB

Kuartal I 2019, Laba Bank Permata Rp 377 Miliar

Pencapaian laba Bank Permata disertai perbaikan kualitas kredit.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Petugas melayani transaksi nasabah di kantor layanan Permata Bank
Foto: Republika/ Wihdan
Petugas melayani transaksi nasabah di kantor layanan Permata Bank

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang kuartal I 2019, PT Bank Permata Tbk mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 377 miliar atau meningkat 131 persen dibanding periode sama tahun lalu. Pencapaian ini disertai perbaikan kualitas kredit. 

Perbaikan kualitas kredit berhasil menurunkan kebutuhan biaya pencadangan kredit sebesar 71 persen menjadi sebesar Rp 133 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 465 miliar. 

Baca Juga

Direktur Utama Permata Bank Ridha DM Wirakusumah mengatakan penurunan biaya pencadangan kredit merupakan hasil dari upaya perusahaan untuk menyelesaikan kredit bermasalah, baik melalui upaya penyelesaian, restrukturisasi maupun likuidasi. "Kuartal pertama tahun 2019 dengan mencatat pertumbuhan yang semakin kuat. Ini terlihat dari pencapaian laba operasional, peningkatan kualitas kredit dari rasio NPL yang membaik serta perbankan digital," ujarnya dalam keterangan pers, Kamis (25/4).

Sejalan dengan hal ini, secara umum portofolio kredit menunjukkan kualitas yang semakin sehat. Terkait dengan peningkatan laba bersih setelah pajak, rasio Return on Equity mengalami peningkatan secara signifikan menjadi 7,6 persen pada akhir Maret 2019 dari sebelumnya empat persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Posisi Net Interest Margin (NIM) Bank tercatat sebesar empat persen, meningkat dibandingkan posisi Maret 2018 sebesar 3,9 persen dan relatif stabil dibandingkan Desember 2018. Sementara pendapatan bunga-bersih mengalami sedikit peningkatan sebesar 2 persen YoY menjadi Rp 1,39 triliun pada akhir kuartal I 2019. 

"Peningkatan NIM sejalan dengan upaya perusahaan untuk mengelola cost of funds secara efisien walaupun terjadi peningkatan suku bunga di pasar," ucapnya.

Rasio BOPO menunjukkan perbaikan pada Maret 2019 menjadi 88 persen dibandingkan 95 persen pada periode yang sama tahun lalu atau sebesar 93 persen pada posisi Desember 2018. "Hal ini sejalan upaya bank untuk terus disiplin dalam menurunkan biaya pencadangan kredit dan mengelola biaya operasional secara efisien, sehingga dapat dijaga pada level yang relatif stabil di tengah berbagai investasi yang dilakukan bank dan tekanan inflasi," jelasnya.

Walaupun terjadi peningkatan volume bisnis, tidak terjadi peningkatan biaya operasional selama dua tahun terakhir.

Sampai dengan Maret 2019, perusahaan berhasil membukukan pertumbuhan kredit bruto sebesar 4,7 persen (yoy) dari Rp 99,8 triliun menjadi Rp 104,5 triliun di posisi Maret 2019. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement