REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebagian wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diperkirakan mulai memasuki musim kemarau pada akhir April. Untuk itu, masyarakat pun diminta mempersiapkan diri, khususnya petani.
Kepala Dinas Pertanian DIY, Sasongko mengatakan, pihaknya telah meminta masyarakat untuk menanam tanaman hortikultura dan palawija. Hal ini untuk menghadapi lahan yang airnya terbatas pada saat musim kemarau tiba nanti.
Sementara itu, bagi lahan yang memiliki pasokan air mencukupi masih bisa ditanami dengan tanaman padi. Namun, diminta untuk tetap diselingi dengan tanaman palawija.
"Cukup ditanami padi juga tidak masalah. Jadi, kalau padi kita ada terus, meskipun sebagian lahan kita tidak ditanami padi, tapi bisa ditanami palawija," ujar Sasongko kepada Republika.co.id.
Ia menjelaskan, untuk daerah yang kekurangan air diantaranya tersebar di Sleman, Gunungkidul dan Bantul. Untuk Sleman tersebar di Kecamatan Pakem dan Nganglik.
"Pakem dan Nganglik ada yang kurang (air). Itu nanti (bisa ditanami) dengan hortikultura atau tembakau juga nanti di Nganglik. Itu kan lahan kering," ujar dia.
Untuk Gunungkidul, dapat ditanami dengan palawija. Jenis palawija yang bisa ditanami di daerah ini pada saat musim kemarau diantaranya jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi kayu.
Sedangkan untuk Bantul, daerah yang lahannya kekurangan air tersebar di Kecamatan Dlingo. "Dlingo misalnya, yang daerah bagian atas airnya kurang. Ditanami hortikultura, ada cabai, bawang merah, hasilnya juga cukup besar," kata Sasongko.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas mengatakan, awal musim kemarau di DIY akan dimulai pada akhir April ini. Yang mana, Gunungkidul akan terlebih dahulu memasuki musim kemarau dibanding kabupaten dan kota lainnya di DIY.
"Kulon Progo, Bantul umumnya (memasuki musim kemarau) Mei dasarian 1 atau awal Mei. Sleman dasarian dua atau pertengahan Mei. Jadi yang paling cepat memasuki awal musim kemarau adalah Gunungkidul," kata Reni.