Sabtu 30 Mar 2019 08:20 WIB

BNI Syariah Dorong Kewirausahaan Digital Sektor Halal

Kontribusi dalam pertumbuhan industri adalah dengan mendorong banyak pengusaha baru.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Karyawan melayani transaksi nasabah di kantor layanan BNI Syariah, Jakarta, Selasa (22/1).
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan melayani transaksi nasabah di kantor layanan BNI Syariah, Jakarta, Selasa (22/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- BNI Syariah dorong perkembangan kewirausahaan terutama untuk generasi muda dengan menggelar Leadership Forum. Acara bertema Funding for Entrepreneur in Industry 4.0 ini dilaksanakan di Aula Garuda Mukti Kampus C, Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Kamis (28/3). 

Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo mengatakan saat ini tren layanan digital harus direspons oleh perbankan dengan optimalisasi pemanfaatan teknologi. "Kami terus berinovasi dalam rangka menyediakan solusi perbankan syariah berbasis digital," kata Firman, melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id.

Menurutnya, BNI Syariah melaksanakan beberapa strategi terkait pengembangan digital. Anak perusahaan BNI ini mengoptimalkan teknologi dan jaringan BNI incorporated agar bisa memberikan layanan yang terbaik. Bank juga melakukan transformasi baik dari sisi SDM maupun infrastruktur baik perangkat lunak dan perangkat keras.

"Pada tahun ini, BNI Syariah menekankan pengembangan digital untuk ekosistem halal," kata dia.

Salah satu upaya berkontribusi optimal yakni ikut serta dalam pertumbuhan industri halal dan mendorong banyak pengusaha muncul dari bisnis halal ini. Menurut Firman, potensi industri halal di dunia bahkan di Indonesia cenderung besar. 

Untuk halal food secara global tercatat mempunyai potensi 170 miliar dolar AS, halal fashion 20 miliar dolar AS, halal travel 10 miliar dolar AS, halal kosmetik 10 miliar dolar AS, halal education 12 miliar dolar AS dan Islamic finance 82 miliar dolar AS (Global Islamic Finance Report 2017).

Peningkatan bisnis halal ini didorong oleh peningkatan masyarakat kelas menengah di Indonesia. Meskipun demikian, untuk mewujudkan hal ini, masih ada tantangan yang dihadapi. Salah satunya adalah tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah yang masih rendah dibandingkan dengan konvensional. 

CEO & Founder Ammana Fintek Syariah, Lutfi Adhiansyah mengatakan ekonomi syariah jika digabungkan dengan industri 4.0 akan menjadi kekuatan cukup besar. "Karena teknologi finansial akan mendorong bisnis syariah menjadi lebih optimal," kata Lutfi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement