REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adira Finance mencatat tren positif kredit kendaraan dan elektronik di awal tahun 2019. Direktur Utama Adira Finance, Hafid Hadeli mengatakan pembiayaan per Februari tercatat Rp 6,25 triliun, naik 12 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sementara rasio kredit bermasalah tercatat 1,7 persen. Penambahan nasabah kredit tercatat 270 ribu nasabah, sebanyak 75 persen diantaranya adalah nasabah baru. Hafid menyampaikan peningkatan kredit biasanya memang terjadi di awal tahun.
"Selain itu pertumbuhannya cukup meningkat di dua bulan sebelum Idul Fitri, tapi memang paling terasa itu di akhir tahun," kata Hafid, Jumat (29/3).
Ia memproyeksikan bisnis tahun ini bisa tumbuh lima sampai 10 persen, baik dari sisi laba maupun kredit. Adira membukukan perolehan laba yang signifikan pada 2018 sebesar Rp 1,82 triliun, naik 29 persen dari tahun sebelumnya.
Hafid mengatakan ini adalah imbas dari transformasi bisnis yang dilakukan Adira dalam lima tahun terakhir. Pada 2015 dan 2016, Adira catatkan penurunan aset. Namun mulai 2017 sampai sekarang aset terus meningkat.
"Pada 2019 ini masih ada momentumnya dari reformasi bisnis yang kita lakukan selama ini," kata dia usai Rapat Umum Pemegang Saham, di Kuningan, Jakarta, Jumat (28/3).
Pembiayaan akan tetap ditingkatkan sambil menjaga NPF tetap di bawah dua persen. Direktur Keuangan ADIRA Finance, I Dewa Made Susila mengatakan untuk pendanaan tahun ini akan mengikuti kondisi pasar.
Pada 2018, sebanyak 50 persen berasal dari penerbitan surat utang, 25 persen dari pinjaman dalam bentuk rupiah, dan 25 persen pinjaman dalam bentuk dolar AS. Tahun ini kemungkinan porsi akan sedikit bergeser tergantung dari suku bunga yang kompetitif. Sumber pendanaan juga berasal dari kerja sama dengan Bank Danamon.