REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Ratu Silvy Gayatri mengatakan, Indonesia bisa saja bekerjasama dengan Kolombia untuk melawan kampanye sawit yang dilakukan Uni Eropa. Caranya, dengan melakukan kerjasama dagang produk-produk turunan sawit di Amerika Latin.
Diketahui, Indonesia bersama negara-negara produsen sawit yang tergabung dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) tengah melawan diskriminasi Uni Eropa terhadap komoditas sawit. Sebagai salah satu negara produsen sawit, kata dia, bentuk kerjasama dagang ekspor sawit dapat dilakukan dalam bentuk produk turunannya.
"Ya untuk itu kita harus lakukan dulu kerjasama dagangnya, supaya produk-produk turunan sawit kita bisa masuk ke Amerika Latin. Saya kira, produk turunan sawit yang bisa masuk ke sana itu, bisa sabun," kata Silvy kepada Republika, Senin (25/3).
Untuk itu kerjasama antarnegara akan dilakukan dengan melibatkan sektor dunia usaha di masing-masing negara. Silvy menambahkan, jika terdapat kerjasama dagang antara Indonesia dengan Kolombia, upaya pemerintah dalam melakukan penetrasi pasar ke Amerika Latin dapat terbuka sekaligus dapat bersama-sama melawan kampanye negatif Uni Eropa terhadap sawit.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan (Kemendag) Arlinda mengatakan, pemerintah Indonesia terus melakukan langkah-langkah koordinasi baik di tingkat dalam maupun luar negeri untuk meningkatkan ekspor sawit. Di dalam negeri, kata dia, pemerintah berkoordinasi dengan sektor padat karya.
"Kita belum tahu perkembangannya seperti apa, yang jelas kita akan terus koordinasikan," kata Arlinda.
Dia menjelaskan, hingga saat ini pemerintah Indonesia masih berupaya melakukan diversifikasi pasar untuk mengantisipasi ancaman retaliasi dagang Indonesia ke Uni Eropa. Diketahui, Eropa merupakan salah satu kawasan ekspor sawit Indonesia dengan nilai ekspor mencapai 4 juta dolar AS per tahun.