REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina EP, anak usaha dari PT Pertamina (Persero) akan memprioritaskan penggunaan teknologi tingkat lanjut Enhanced Oil Recovery (EOR) di sembilan titik lokasi tahun ini. Program ini dilakukan sebagai upaya anak usaha PT Pertamina (Persero) dalam menggenjot produksi minyak di sumur-sumur yang sudah tua.
Sembilan lokasi tersebut tersebar di asset yang dikelola Pertamina EP. Rantau, Sago, dan Ramba di Pertamina EP Asset 1, Jirak dan Limau di Pertamina EP Asset 2, Tambun dan Jatibarang di Pertamina EP Asset 3, serta Sukowati di Pertamina EP Asset 4, dan Tanjung di Pertamina EP Asset 5.
Direktur Pengembangan Pertamina EP John H Simamora menjelaskan teknologi EOR yang digunakan Pertamina antara lain menggunakan metode chemical. Teknologi tersebut akan digunakan di sumur Tanjung, Rantau, Sago, Jirak, dan Limau. Sedangkan empat lainnya menggunakan metode karbondioksida (CO2).
“Field trial untuk chemical EOR polimer di Tanjung sekitar 4 juta dolar, termasuk untuk pengadaan 70 ton polimer,” ujar John, Rabu (13/3).
John juga menjelaskan prioritas pemilihan struktur berdasarkan jumlah cadangan yang dimiliki setiap lapangan, yakni sekitar 300 juta-700 juta barel. Saat ini Pertamina EP melakukan proyek pilot EOR menggunakan polimer di struktur Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
John juga menjelaskan, EOR adalah salah satu metode untuk meningkatkan produksi. Pada 2018, produksi minyak dan gas Pertamina EP mencapai 101 persen dari target 253 MBOEPD menjadi 255 MBOEPD, terdiri atas produksi minyak 79.690 BOPD atau 96 persen dari target 83.000 BOPD dan gas 1.017 MMSCFD atau 1013 persen dari target 986 MMSCFD.
Tahun ini, Pertamina EP menargetkan produksi migas 258 MBOEPD, terdiri atas produksi minyak 85 ribu BOPD dan gas 970 MMSCFD. “Biaya EOR itu sangat besar karena itu dilakukan di lapangan yang punya cadangan besar. Kami berharap ada insentif untuk pengerjaan EOR,” ujar John.