REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Dataran tinggi Dieng tersohor dengan keindahan alam dan kesuburan tanahnya. Kawasan dengan ketinggian di atas 1.900 meter di atas permukaan laut (dpl) ini sangat subur ditanami segala jenis sayuran, mulai dari kentang, kubis, wortel, hingga purwoceng. Kentang Dieng bahkan disebut-sebut sebagai salah satu kentang terbaik dunia. Saat ini, para petani terus mencari komoditas alternatif penyela kentang yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok ditanam di lahan mereka.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Mohamad Ismail Wahab mengatakan, produksi kentang sayur dalam negeri sudah lebih dari cukup. Produksi kentang tersebar mulai Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, hingga Nusa Tenggara.
“Produksi dari Dieng cukup besar dan berkualitas, namun perlu dicarikan solusi agar produksi kentang di kawasan itu tetap lestari. Budi daya ramah lingkungan dan rotasi tanaman kentang dengan bawang putih bisa menjadi alternatif yang menjanjikan,” ujar Ismail dalam kegiatan Diskusi dan Bimbingan Teknis Budidaya Kentang Ramah Lingkungan yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan di Kepakisan Dieng, Banjarnegara, Rabu (6/3).
Ketua Serikat Petani Dieng Muhammad Mudasir menyatakan, dia bersama petani lain berminat dengan tawaran menanam bawang putih sebagai tanaman sela. “Gagasan dan tawaran dari Kementerian Pertanian untuk menanam bawang putih cukup menarik. Kami sambut baik,” ujarnya di hadapan puluhan petani yang hadir.
Menurut Mudasir, luas tanaman kentang di seluruh kawasan Dieng dalam satu kali musim tanam bisa mencapai 3.500 hektare. Dalam setahun, kentang ditanam 3 kali, sehingga total luas lahan kentang Dieng dalam setahun bisa mencapai 10 ribu hektare.
“Kualitas kentang kelompok kami juga sudah diakui konsumen, bahkan pernah mendapat sertifikat Prima-3."
Mudasir menyadari, memang tidak selamanya menanam kentang menguntungkan. Petani butuh alternatif jenis tanaman lain sebagai penyela agar pola tanamnya tidak terus menerus kentang.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara Totok Setya Winarno menyambut gembira solusi yang ditawarkan Kementerian Pertanian bagi petani Dieng. Bawang Putih dinilai bisa menjadi alternatif rotasi tanam. Nilai ekonomisnya pun tak kalah dengan kentang, bahkan bisa disimpan lebih lama.
“Dari situ kita bisa pelan-pelan memperbaiki kualitas tanah dan tata cara budi daya yang lebih ramah lingkungan. Kita berharap petani mau memperbaiki pola tanamnya, tidak lagi model 3K alias kentang, kentang, dan kentang lagi,” ujar Totok.
Kasubdit Bawang dan Sayuran Umbi Ditjen Hortikultura Kementan Muhammad Agung Sunusi menegaskan, pemerintah berkomitmen membantu petani kentang Dieng. “Solusi atas permasalahan kentang harus sistemik dan komprehensif. Harus out of the box karena permasalahan di lapangan sudah cukup kompleks,” ujar Agung.
Agung menganjurkan agar pemakaian pestisida kimia terus ditekan, meskipun bertahap. Produksi benih dengan sistem aeroponik juga bisa menjadi alternatif. Dalam diskusi yang berlangsung hangat tersebut juga disosialisasikan penggunaan trichoderma, PGPR, serta pestisida nabati.
"Kami tawarkan petani kentang untuk memulai perbaikan kualitas tanah dan budi daya dengan cara merotasi pola tanamnya. Silakan tanam bawang putih, kami akan dukung lewat APBN maupun kemitraan wajib tanam,” kata Agung.