Rabu 06 Mar 2019 08:32 WIB

Kemenperin tak Izinkan Investor Asing Masuki Industri Lama

Pemerintah memproteksi industri lama.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Pengrajin menyelesaikan pembuataan kain batik khas Betawi di Sanggar Batik Terogong, Cilandak, Jakarta, Kamis (10/1).
Foto: Republika/Prayogi
Pengrajin menyelesaikan pembuataan kain batik khas Betawi di Sanggar Batik Terogong, Cilandak, Jakarta, Kamis (10/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen melakukan proteksi kepada industri 1.0 (pertama), 2.0 (kedua), dan 3.0 (ketiga) atau industri lama dengan tidak mengizinkan investor asing masuk. Hal itu dilakukan agar pengembangan ketiga industri tersebut selaras dengan upaya peningkatan industri 4.0 yang sedang diupayakan pemerintah.

“Pemerintah memastikan, industri 4.0 di Indonesia tidak akan menggantikan penerapan ketiga era industri itu yang masih beroperasi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartato dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (5/3).

Baca Juga

Airlangga menuturkan, di industri ketiga yang telah menggunakan mesin otomatis, manusia dan mesin pun tidak akan ditinggalkan. Melalui pemanfaatan teknologi digital, Airlangga optimistis akan terjadi lompatan besar di seluruh sektor manufaktur Indonesia.

photo
Pengrajin tenun gendong, Redjo Ginem Waluyo (90) menyelesaikan pembuatan selendang dengan peralatan tenun gendong di desa Sambirembe, Kalijambe, Sragen. Mbah Ginem merupakan satu-satunya pengrajin tenun gendong tradisional yang masih tersisa.

Berdasarkan data Kemenperin, pada 2014 penanaman modal yang masuk ke sektor industri manufaktur mencapai Rp 195,74 triliun dan terus mengalami peningkatan mencapai Rp 222,3 triliun di 2018. Dari peningkatan investasi tersebut, penyerapan tenaga kerja mencapai 18,25 juta orang di 2018.

“Dengan jumlah itu berarti telah berkontribusi sebesar 14,72 persen terhadap total tenaga kerja nasional,” katanya.

Selain dapat menyerap tenaga kerja, menurutnya, peningkatan investasi di sektor industri manufaktur tercatat konsisten dan membawa efek berantai yang luas bagi perekonomian, seperti optimalisasi nilai tambah sumber daya alam domestik dan penerimaan devisa ekspor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement