Selasa 05 Mar 2019 14:52 WIB

Dana Kelolaan Allianz Indonesia 2018 Rp 35,33 Triliun

Jumlah dana kelolaan Allianz Indonesia pada 2018 turun 1,32 persen

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Asuransi Allianz Life (ilustrasi)
Foto: asuransiallianz.com
Asuransi Allianz Life (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang 2018 PT Asuransi Life Allianz Indonesia mencatatkan risiko fluktuasi return investasi dengan total dana kelolaan sebesar Rp 35,33 triliun. Jumlah dana kelolaan ini turun 1,32 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp 35,8 triliun.

Penurunan ini disebabkan kondisi pasar yang penuh ketidakpastian pada tahun lalu, sehingga berpengaruh terhadap kinerja dana investasi (fund) polis unit link. Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia Ni Made Daryanti mengatakan penurunan tersebut juga disebabkan kekhawatiran perang dagang antara AS dan China, kenaikan harga minyak dan melemahnya nilai tukar rupaih terhadap dolar AS.

Baca Juga

Faktor lainnya, ungkap Daryanti, adalah penyesuaian suku bunga acuan sebanyak 1,75 persen dalam enam kali hingga 6 persen. “Pada 2018 merupakan pasar menatang di mana pasar saham turun 24,5 persen pada kuartal empat, pasar obligasi juga turun 1,6 persen sehingga berdampak pasar kinerja perusahaan,” ujarnya saat konferensi pers ‘Kinerja Unit Link Allianz 2018’ di Allianz Tower, Selasa (5/3).

Kendati demikian, Allianz Indonesia dapat mengelola 60 fund secara baik. Beberapa fund yang banyak dipilih oleh nasabah yakni SmartLink Equity dengan dana kelolaan Rp 9,78 triliun, SmartLink Balanced Fund dengan dana kelolaan Rp 2,18 triliun dan SmartLink Fixed Income Fund dengan dana kelolaan Rp 992,87 triliun.

“Kami juga mampu mempertahankan aset nasabah dengan kenaikan jumlah nasabah sebanyak 600.869 atau naik 4,68 persen dibandingkan tahun sebelumnya 573.990,” ucapnya.

Ke depan, Allianz memfokuskan pendekatan fundamental dalam pengambil keputusan investasi untuk portofolio, dengan tetap memantau kondisi makro yang ada. Sekaligus, perusahaan secara berkesinambungan memperhatikan dinamisnya pasar dengan menangkap peluang yang ada dan mempertimbangkan likuiditas, risiko dan potensi imbal hasil.

“Kami menggunakan prinsip kehati-hatian, di mana pilihan investasi sesuai profil risiko dan alokasi aset yang tepat akan membantu untuk memaksimalkan imbal hasil yang dapat dihasilkan oleh instumen investasi yang dipilih,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement