Kamis 28 Feb 2019 18:26 WIB

Bank Sentral Korsel Tahan Suku Bunga Acuan Selama 3 Bulan

Suku bunga acuan Bank Sentral Korsel ditetapkan di level 1,75 persen

Kantor pusat bank sentral Korsel, Bank of Korea.
Foto: AP PHOTO
Kantor pusat bank sentral Korsel, Bank of Korea.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Bank of Korea (BoK), bank sentral Korea Selatan, pada Kamis (28/2) mempertahankan suku bunga acuannya di 1,75 persen. Kebijakan suku bunga ini tidak mengubah target suku bunga sejak bank menaikkannya ke level saat ini pada November tahun lalu.

Gubernur BoK Lee Ju-yeol dan enam anggota dewan kebijakan lainnya memutuskan dengan suara bulat membiarkan suku bunga acuan seven-day repurchase tidak berubah pada 1,75 persen, menahan suku bunga tetap untuk bulan ketiga berturut-turut.

Sebelumnya, bank sentral Korsel menaikkan suku bunga acuan menjadi 1,50 persen pada November 2018 dari level terendah sepanjang masa 1,25 persen, kenaikan suku bunga pertama dalam hampir enam setengah tahun. Bank menaikkan suku bunga lagi pada November lalu menjadi 1,75 persen.

Keputusan pembekuan suku bunga Februari sejalan dengan ekspektasi pasar. Menurut survei Asosiasi Investasi Keuangan Korea (KFIA) terhadap 200 pakar fixed-income, semua responden memperkirakan suku bunga akan ditahan.

Ekspektasi untuk kenaikan suku bunga BoK lebih lanjut melemah dalam beberapa bulan terakhir, terutama karena memburuknya indikator-indikator ekonomi.

Ekspor, yang menyumbang sekitar setengah dari ekonomi yang didorong ekspor, berkurang selama dua bulan hingga Januari. Pengiriman keluar turun 11,7 persen untuk 20 hari pertama Februari dibandingkan dengan setahun sebelumnya, meningkatkan kemungkinan penurunan tiga bulan berturut-turut.

Di tengah minyak mentah global yang lebih murah, inflasi utama berdiri di 0,8 persen pada Januari, jatuh di bawah 1,0 persen dalam 12 bulan. Produksi di semua industri merosot pada November dan Desember tahun lalu secara bulanan, sebelum rebound pada Januari.

Risiko-risiko eksternal tetap, seperti kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) tanpa kesepakatan apa pun, disebut Brexit tanpa kesepakatan.

Pertumbuhan utang rumah tangga negara itu mencapai level terendah lima tahun pada 2018, mengurangi tekanan pada BoK untuk menaikkan suku bunga acuannya.

Gubernur BoK mengatakan dalam konferensi pers setelah pertemuan penetapan suku bunga, bahwa dua kenaikan suku bunga terakhir oleh BoK berkontribusi pada pertumbuhan utang rumah tangga yang lebih lambat bersama dengan upaya pemerintah untuk mengendalikan investasi spekulatif di pasar real estat.

Meskipun masih ada kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi, gubernur BoK menunjukkan tidak ada perubahan arah kebijakan moneter, mengatakan arah kebijakan kenaikan suku bunga Federal Reserve AS tidak berubah.

The Fed menaikkan suku bunga acuannya empat kali pada tahun 2018 sendiri ke kisaran 2,25-2,50 persen, memperluas kesenjangan antara tingkat suku bunga Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Jika BoK terlambat menanggapi kisaran target suku bunga AS yang lebih tinggi, modal asing dapat tiba-tiba mengalir keluar dari pasar keuangan Korea Selatan.

Meskipun pertumbuhan utang rumah tangga melambat baru-baru ini, ia mempertahankan tren pemecahan rekor karena rumah tangga masih bergegas untuk membeli rumah baru dengan uang pinjaman di tengah kebijakan suku bunga mendekati rekor terendah.

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement