Rabu 27 Feb 2019 16:59 WIB

Sri Mulyani Minta Pengusaha Waspadai Pelemahan Ekonomi China

Ekonomi China diprediksi hanya tumbuh di kisaran 6 persen

Rep: Muhammad Riza Wahyu Pratama/ Red: Nidia Zuraya
Diklatda Hipmi Jaya di Jakarta, Rabu (27/2).
Foto: M Riza Wahyu Pratama
Diklatda Hipmi Jaya di Jakarta, Rabu (27/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi China diperkirakan bakal mengalami pelemahan. Pertumbuhan Ekonomi China diprediksi akan turun menjadi sekitar 6 persen atau dibawahnya.

"(ekonomi) China terus mengalami adjustment atau penyesuaian. Dan itu artinya mengalami pelemahan, beberapa prediksi bahkan sudah melakukan forecast, perekonomian China mungkin pertumbuhannya hanya di sekitar 6 persen atau bahkan di bawah 6 persen," Kata Sri Mulyani dalam acara Diklatda Hipmi Jaya di Jakarta, Rabu (27/2).

Baca Juga

Sri Mulyani menambahkan, bahwa semua orang mengetahui China selama ini merupakan pemilik pertumbuhan ekonomi terbesar. Pertumbuhan ekonomi China selalu berada pada kisaran angka 7-9 persen. Dengan pelemahan ini, menurutnya, China akan fokus pada permintaan dalam negeri (domestic demand), daripada ekspor dan investasi.

Selain China, menurut Sri Mulyani mengatakan bahwa perekonomian India juga mengalami koreksi. Pertumbuhan ekonomi India akan berada di bawah 8 persen, namun akan tetap di atas 6 persen.

"India yang juga akan menyelenggarakan pemilu, juga mengalami sedikit koreksi perekonomian, pertumbuhan ekonominya tidak setinggi sebelumnya 8 persen," kata Sri Mulyani.

Dalam kesempatan tersebut Sri Mulyani meminta pelaku usaha untuk memahami kondisi perekonomian yang sedang mengalami koreksi. Selain itu era suku bunga rendah sudah berlalu, sehingga ia berharap para pengusaha mengetahui langkah-langkah yang harus diambil ketika tingkat suku bunga (interest rate) naik.

Selain itu, Sri Mulyani juga mendorong pengusaha untuk berkaca pada perekonomian tahun 2018. Ketika itu para pemilik modal mengalami kekhawatiran sehingga mereka mulai mencari tempat investasi yang aman.

"Saya menyampaikan kepada anda semua bahwa tahun 2018 bukanlah tahun yang mudah. Ketika tahun 2018, kekhawatiran pemilik modal meningkat, kemudian mereka mencari tempat yg dianggap aman. Kita kemudian mengalami penyesuaian, tekanan, bahkan kurs rupiah sempat menyentuh Rp 15 ribu per dolar AS," kata Sri Mulyani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement