REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan PT Semen Indonesia, Sigit Wahono mengungkapkan, pada 2018, PT Semen Indonesia Tbk (Persero) secara group mencatatkan pertumbuhan penjualan 5,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Volume penjualan pada 2018 mencapai 33,2 juta ton, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 31,3 juta ton.
Sigit mengungkapkan, dari pertumbuhan sepanjang 2018, kontribusi yang paling besar pertumbuhannya adalah penjualan ke luar negeri. "Pada 2018 pertumbuhan penjualan semen di pasar ekspor mencapai 68,7 persen, sedangkan pasar domestik hanya tumbuh 1,2 persen," kata Sigit di Gresik, Selasa (26/2).
Sigit mengaku, lesunya pertumbuhan penjualan di pasar domestik tak lepas dari kondisi yang oversupply, dimana perusahaan di sektor produksi semen bertambah. Maka dari itu, lanjut Sigit, demi meningkatkan pertumbuhan penjualan pada 2019, pihaknya akan terus mendorong penjualan ekspor.
"Kami siapkan pengembangan pasar-pasar baru seperti di Australia. Tahun lalu kami sudah ekspor ke sana dan responnya positif," ujar Sigit.
Selain Australia, lanjut Sigit, pasar luar negeri yang juga potensial untuk pemasaran semen adalah Sri Lanka, Bangladesh, Filifina, dan beberapa negara di Afrika. Negara-negara tersebut dijadikan target karena produksi semen di sana terbilang masih kurang. Sehingga negara-negara tersebut mengimpor semen dari negara lain, dan salah satu yang diminati adalah semen dari Indonesia.
Sigit juga mengungkapkan, penjualan semen di awal 2019 tercatat kurang menggembirakan. Dimana terjadi penurunan sebesar 5,42 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebwlumnya. Pasar domestik contohnya, mengalami penurunan 6,27 persen yakni dari 2,28 juta ton pada Januari 2018 menjadi 2,1 juta ton pada Januari 2019.
"Penurunan di awal tahun ini terjadi pada semen curah karena memang sebagian besar proyek 2018 sudah selesai dan proyek baru 2019 belum jalan. Tapi kami harapkan ada perbaikan selama kwartal satu ini," ujar Sigit.