Jumat 22 Feb 2019 17:59 WIB

Perbaikan Tata Niaga Dinilai Bisa Turunkan Harga Daging

Perbaikan di dua sektor tersebut diyakini membuat biaya akomodasi tak melonjak.

Pembeli memilah daging yang akan dibelinya di Pasar Pa' Baeng-Baeng, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (8/2/2019).
Foto: Antara/Arnas Padda
Pembeli memilah daging yang akan dibelinya di Pasar Pa' Baeng-Baeng, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (8/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Arus Baru Indonesia (ARBI) Lukmanul Hakim mengatakan, ada dua cara yang dilakukan untuk menurunkan harga daging. Yaitu, perbaikan tata niaga dan rantai pasok.

"Perbaikan di dua sektor tersebut diyakini membuat biaya akomodasi tak melonjak, sehingga harga yang dijual dari pemasok tak membengkak ketika sampai di pasar," kata Lukmanul kepada Republika.co.id, Jumat (22/2).

Upaya ini yang terus dilakukan ARBI. “ARBI sudah punya program menjual daging murah, harganya Rp 70 ribu. Upaya ini kami lakukan biar masyarakat bisa terus mengonsumsi daging,” tutur Lukmanul.

Ke depan, Lukmanul memastikan, kegiatan ini akan terus dilakukan ARBI. Bahkan, akan dilakukan kerja sama dengan pemerintah.

“Seluruh masyarakat Indonesia, terutama di kalangan bawah, harus meningkatkan konsumsi daging. Caranya menjadikan harga daging semakin murah,” kata Lukmanul.

 
Terkait harga daging, Lukmanul mengatakan, harga daging sapi tertinggi di dunia ada di Swiss. Harganya mencapai Rp 675.498 per kilogram. Untuk di Asia Tenggara, rekor termahal masih dipegang Thailand, yakni Rp 155.570 per kilogram.

Di Indonesia, menurut Lukmanul, penjualan daging sapi per kilogram bahkan bisa hanya Rp 70 ribu. Contohnya, saat menggelar bazar kebutuhan bahan pokok di beberapa daerah, ARBI bahkan hanya menjual daging sapi Rp 70 ribu per kilogram.

Hal ini sekaligus mengklarifikasi klaim calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menyebut harga daging dan beras  di Indonesia termahal di dunia. Doktor alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu justru mempertanyakan dari mana data klaim Prabowo berasal. “Kalau disebut termahal di dunia, itu datanya harus dievaluasi,” ujarnya menambahkan.

Selain daging, Lukmanul juga menerangkan bahwa harga beras di Indonesia bukan yang termahal di dunia. Menukil catatan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), harga beras di Jepang bisa mencapai Rp 53 ribu per kilogram untuk kategori premium.

Di Asia Tenggara, harga beras di Singapura masih menjadi yang termahal, mencapai Rp 27 ribu per kilogram. Di Indonesia, harga beras bervariatif. Namun, harganya hanya di atas Rp 10 ribu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement