REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memastikan kondisi likuiditas perbankan masih mencukupi untuk mendorong pertumbuhan kredit pada tahun ini. Pada tahun ini, BI memperkirakan penyaluran kredit tumbuh pada kisaran 10-12 persen secara tahun ke tahun.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pihaknya akan melakukan berbagai upaya salah satunya dengan melakukan operasi moneter untuk menjaga ketersediaan likuiditas baik rupiah maupun valas. “Kita meningkatkan ekspansi operasi moneter sehingga likuiditas perbankan itu akan meningkat. Hal ini akan mendukung pembiayaan dari perbankan," ujarnya di Gedung BI, Jumat (22/2).
Menurutnya, operasi moneter yang akan dilakukan BI untuk menjaga ketersediaan likuiditas yakni dengan menyiapkan instrumen, frekuensi dan kesiapan term repo dan swap. Meski rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atau Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan berada di kisaran 93 persen.
“Sejak Desember-Januari ketersediaan likuiditas terus meningkat. Kita perbanyak frekuensi volume term repo, swap valas, dan langkap dalam operasi moneter. Kita terus meningkatkan ekspansi operasi moneter,” ucap Perry.
Pertumbuhan kredit yang relatif tinggi dibanding dengan pertumbuhan DPK secara rata-rata, memberikan tekanan terhadap kondisi likuiditas perbankan, khususnya pada kelompok bank BUKU III atau bank dengan modal inti Rp 5 triliun hingga Rp 30 triliun yang memiliki LDR di atas 100 persen. Hal ini turut memicu persaingan tingkat suku bunga di perbankan nasional.
Namun demikian, dia menyatakan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai fungsi intermediasi yang tetap baik dan risiko kredit yang terkendali. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tetap tinggi mencapai 22,9 persen dan rasio likuiditas (AL/DPK) masih aman yakni 19,3 persen pada Desember 2018.
“Likuiditas itu kita kendorkan, makro prudensial juga kita kendorkan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Ini supaya perbankan bisa menaikkan kredit,” tegasnya.
Sepanjang 2019, lanjut dia, Bank Sentral memperkirakan pertumbuhan kredit berada dalam kisaran 10-12 persen (yoy) sedangkan pertumbuhan DPK diprakirakan sekitar 8-10 persen (yoy). Menurutnya, dengan ketersediaan likuiditas perbankan saat ini, target pertumbuhan kredit tersebut akan tercapai, bahkan lebih baik dibanding 2018.
“Bagaimana kita membuat ramuan atau bauran dari kebijakan, dengan ketersediaan likuditas perbankan tidak mesti naikkan suku bunganya. Tahun ini kredit akan naik. Bagaimana kredit perbankan bisa tumbuh atau bahkan bisa lebih tinggi dari 12 persen,” katanya. Novita Intan