REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Todotua Pasaribu mengakui premanisme menjadi salah satu hambatan utama daya saing investasi Indonesia. Pasalnya, kata dia, premanisme membuat harga produksi meningkat, sehingga Indonesia kesulitan menawarkan harga yang bersaing dengan negara sejawat.
“Saya dapat data bahwa premanisme itu menciptakan variabel biaya 5-30 persen dari biaya produksi. Premanisme ini bukan cuma ormas (organisasi masyarakat), tetapi juga premanisme birokrasi dan premanisme aparat,” kata Todotua dalam diskusi bertajuk "Apakah Realisasi Investasi 2025 Capai Target", di Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Pemerintah telah menggelontorkan berbagai insentif untuk menarik perhatian investor, seperti tax holiday, tax allowance, hingga tax deduction.
Akan tetapi, dia menggarisbawahi perlu ada kerja sama dari berbagai pihak untuk bisa membuat Indonesia berdaya saing, termasuk dengan memberantas premanisme.
“Kalau ada biaya-biaya seperti ini, dampaknya kita juga yang sama-sama susah,” ujar dia lagi.
Secara paralel, pemerintah juga gencar mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) agar Indonesia juga menjadi pemain dalam perekonomian global.
Dia memastikan pemerintah akan tetap mengelola kekuatan sumber daya alam (SDA) Indonesia secara strategis untuk konsumsi domestik dan internasional, sehingga bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, ia berharap masyarakat bisa memberikan kepercayaan kepada pemerintah. Hal ini menanggapi rencana demonstrasi yang akan direncanakan berlangsung Kamis (28/8). Menurut dia, demonstrasi bisa mempengaruhi iklim investasi. “Jadi, berikan kepercayaan ke pemerintah,” ujarnya lagi.
Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan realisasi investasi pada kuartal II tahun ini mencapai Rp477,7 triliun, meningkat 11,5 persen dari periode sama pada tahun sebelumnya yakni sebesar Rp428,4 triliun.
Kontribusi penanaman modal asing (PMA) triwulan II-2025 sebesar Rp202,2 triliun, sedangkan kontribusi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 275,5 triliun.