REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sampai akhir Januari, pendapatan negara baru mencapai Rp 108 triliun. Nominal tersebut tidak mencapai lima persen terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang menuliskan target pendapatan sampai akhir tahun adalah Rp 2.165 triliun.
Nilai pendapatan tersebut naik dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu, yaitu Rp 101,7 triliun. Tapi, secara persentase terhadap APBN, nilainya mengalami penurunan, yaitu dari 5,37 persen menjadi 4,99 persen.
Realisasi tersebut didukung oleh realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp 89,76 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 18,32 triliun. "Selain itu, ada penerimaan hibah sebesar Rp 4,60 miliar," kata Sri dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Rabu (20/2).
Selama bulan Januari 2019, telah terkumpul penerimaan pajak secara bruto sebesar Rp 105,28 triliun atau tumbuh 11,49 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2018 sebesar 10,30 persen (yoy). Capaian penerimaan bruto tersebut utamanya ditopang oleh PPh Migas yang tumbuh double digits sebesar 38,23 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018.
Secara neto, penerimaan pajak hingga akhir Januari 2019 telah mencapai Rp 86,00 triliun, atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,82 persen (yoy). Kinerja pertumbuhan penerimaan pajak ini ditunjang oleh kinerja PPh Non-Migas dan PPh Migas yang juga tumbuh double digits masing-masing sebesar 19,07 persen dan 38,23 persen.
Penerimaan kepabeanan dan cukai hingga akhir bulan pertama di tahun 2019 mencapai Rp3,76 triliun, atau 1,80 persen dari target APBN 2019 sebesar Rp 208,82 triliun. Capaian tersebut lebih tinggi Rp0,23 triliun dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 6,63 persen.
Penerimaan kepabeanan dan cukai sendiri berasal dari penerimaan yang bersifat rutin dan extra effort, dengan kontribusi masing-masing sebesar 91,22 persen dan 8,78 persen. Penerimaan Bea Masuk (BM) hingga akhir Januari 2019 berhasil dikumpulkan sebesar Rp2,95 triliun atau 7,57 persen dari target APBN 2019 sebesar Rp 38,90 triliun. Capaian tersebut masih lebih tinggi dibandingkan capaian periode yang sama tahun 2018 yang besarnya Rp2,80 triliun atau tumbuh sebesar 5,07 persen (yoy).
Sementara itu realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) hingga akhir Januari 2019 telah mencapai Rp 18,32 triliun atau 4,84 persen dari target APBN tahun 2019. Realisasi Penerimaan PNBP yang bersumber dari Sumber Daya Alam (SDA) mencapai Rp 9,81 triliun atau tumbuh sebesar 0,66 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya.
Sri menambahkan, di sisi belanja negara, realisasi sampai dengan akhir Januari 2019 mencapai Rp 153,83 triliun atau 6,25 persen dari pagu APBN 2019. "Angka ini meningkat 10,35 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya," ucapnya.
Dengan kondisi pendapatan dan belanja yang ada, realisasi APBN pada Januari 2019 mengalami defisit hingga 0,28 persen. Nilai ini lebih besar dibanding dengan defisit pada Januari 2018, yakni 0,25 persen.
Pada bulan ini, Sri menyimpulkan, kondisi ekonomi dalam negeri masih mengalami pertumbuhan cukup kuat. Khususnya di tengah peningkatan risiko global yang membuat banyak negara mengalami perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi.
"Indonesia masih mengalami momentum positif dan menguat, sedangkan negara lain banyak melemah," katanya.
Untuk inflasi, Sri optimistis, pemerintah dapat menjaga di kisaran 2,82 persen atau lebih rendah. Kinerja APBN pun dapat berjalan sesuai dengan rencana, meski tetap harus meningkatkan kewaspadaan karena banyak tantangan global.