Kamis 07 Feb 2019 14:16 WIB

Center for Banking Crisis: BI dan OJK Pawang Sektor Keuangan

Keyakinan konsumen jadi tolak ukur keberhasilan BI dan OJK jaga sektor keuangan

Red: EH Ismail
Sektor Keuangan (ilustrasi)
Sektor Keuangan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Memasuki 2019, penjaga gawang sektor keuangan yaitu bank Indonesia dan OJK sangat layak mendapatkan pujian karena di tengah tekanan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, justru stabilitas sektor keuangan Indonesia menjadi semakin prima.

Ibaratnya, 2018 merupakan tahun kawah candradimuka. Sementara 2019 akan mudah dilewati dengan pengalaman yang telah dialami pada 2018 lalu. President Director Center for Banking Crisis, Achmad Deni Daruri mengatakan, kemampuan Bank Indonesia dan OJK menjaga stabilitas sektor keuangan terlihat dari peningkatan keyakinan konsumen sangatlah terukur.

“Pada galibnya bukti stabilitas yang membaik itu tercermin dari perbaikan persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan,” kata Achmad, Kamis (7/2).

 

Achmad menjelaskan, hal itu ditunjukkan dari meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Desember 2018 menjadi 127,0 poin dari sebelumnya berada pada 122,7 pada November 2018. Ia menuturkan,  pada 2018 rata-rata IKK sebesar 123,6 lebih tinggi dari rata-rata 2017.  Tren ini terlihat semakin moncer pada kuartal terakhir 2018 dimana rata-rata tingkat IKK berada pada angka 123,0.

 

“Jumlah ini tercatat meningkat jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Bank Indonesia dan OJK telah secara lihai mampu menjaga keyakinan pasar di tengah hantaman ancaman pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat pada 2018,” ujarnya.

 

Negara lain seperti Turki dan Brasil justru tidak mampu menjaga kepercayaan konsumen mereka. Sementara itu cadangan devisa Indonesia juga menguat tertinggi yang mampu membiayai tujuh bulan impor dengan nilai sebesar 120,6 miliar dolar.

 

“Sementara itu banyak negara berkembang lainnya seperti Saudi Arabia terus mengalami penurunan cadangan devisa semenjak Agustus 2018 hingga saat ini. Padahal Suadi adalah net eksportir minyak dan Indonesia adalah net importir minyak,” kata dia.

 

Prestasi Bank Indonesia dan OJK dapat terjadi karena pemilihan strategi yang tepat dimana trade off antara strategi satbilitas dan strategi pertumbuhan dapat dinetralisir.

 

Secara khusus peran Bank Indonesia yang dipimpin oleh Perry Waluyo mampu membawa kebijakan sector moneter dalam konteks strategi stabilitas, dan kebijakan pertumbuhan berupa makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi keuangan syariah.

Kebijakan strategi pertumbuhan dapat dilakukan secara cantik karena adanya kerjasama yang baik antara Bank Indonesia dan OJK.  Tanpa itu maka kedua stratgi ini akan saling membunuh satu sama lainnya.  Kebijakan moneter dunia yang tak pasti pada 2018 terbukti telah dapat dijinakkan oleh BI dan OJK termasuk ancaman perang dagang dan kapital outflow dari negara sedang berkembang.

 

“Strategi ini jika dapat dipertahankan dengan baik merupakan modal yang sangat penting dalam menghadapi kondisi perekonomian tahun 2019 yang secara teoritis akan lebih jinak dibandingkan tahun 2018 yang lalu. Terbukti, dana investasi negara berkembang saat ini (Januari 2019) telah melihat perekonomian Indonesia sebagai bellwether yang sangat cantik,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement