Kamis 31 Jan 2019 15:53 WIB

Asian Agri Fokus Jaga Produksi dan Tekan Biaya Operasional

Perseroan mempertahankan produksi tahun ini sebesar 1,1 juta ton.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Asian Agri
Foto: antara
Asian Agri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghadapi tantangan pasar global seperti perang dagang dan kampanye hitam tentang produk kelapa sawit membuat perusahaan kelapa sawit perlu melakukan langkah strategis untuk bisa bertahan. Hal itu pula yang dilakukan perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT Asian Agri.

Perseroan pada tahun ini akan fokus pada tiga hal. Pertama, perseroan akan menjaga kualitas hasil panen kelapa sawit agar harga jual ke pasar tidak turut anjlok seperti harga dunia saat ini. Kedua, perusahaan akan berusaha tetap mempertahankan produksi meski tidak menambah pembukaan lahan.

Direktur Suistanability Relation Asian Agri, Bernard A Riedo menjelaskan menjaga produksi menjadi salah satu cara agar perusahaan bisa bertahan. Jika pada 2018 kemarin total produksi sebesar 1,1 juta ton, maka tahun ini perusahaan berusaha tetap mempertahankan produksi ini. 

Baca juga, Asian Agri akan Bangun Tiga Pembangkit Tenaga Biogas

"Kita berusaha untuk mengoptimalkan produksi dengan lahan yang ada. Kami tidak akan menambah pembukaan lahan baru. Caranya? tentu dengan teknologi yang kita punya dan mendukung perkebunan swadaya yang bermitra dengan kami sehingga produksi tidak turun," ujar Bernard di Plaza Indonesia, Kamis (31/1).

Namun, kondisi produksi juga tidak bisa sembarangan. Perusahaan tetap meminta kualitas dan menjaga kualitas produksi dari perkebunan swadaya. Hal ini dilakukan untuk bisa menjaga harga jual.

Ketiga, perseroan akan menjaga ongkos produksi. Bernard menilai dengan target produksi yang tetap bukan berarti ada ongkos produksi yang naik. Langkah penghematan seperti menekan ongkos produksi, memanfaatkan semua bagian produksi kelapa sawit layak jual menjadi prioritas tahun ini.

"Jadi itu memang rumusnya adalah menjaga biaya produksi. Bukan kemudian kita jor-joran. Tidak, kalau bisa, produksi semaksimal mungkin dengan biaya seminim mungkin," ujar Bernard.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement