Kamis 31 Jan 2019 14:58 WIB

Rupiah Tembus Rp 13.900, BI: Pengaruh Kebijakan The Fed

The Fed tidak mengubah suku bunga acuan.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Friska Yolanda
Televisi menunjukkan kisaran suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve. The Fed memutuskan tidak mengubah kebijakan suku bunganya pada pertemuan Rabu (30/1).
Foto: AP
Televisi menunjukkan kisaran suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve. The Fed memutuskan tidak mengubah kebijakan suku bunganya pada pertemuan Rabu (30/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tajam seiring kebijakan moneter bank sentral AS yang lebih melunak atau dovish. Nilai tukar rupiah meninggalkan level Rp 14.000 dan menembus level Rp 13.975 per dolar AS di pasar spot pada 14.30 WIB.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah mengatakan, penguatan rupiah ditopang pelepasan valas oleh investor asing dan perbankan.

"Pelepasan valas oleh investor asing dipengaruhi hasil pertemuan kebijakan moneter bank sentral AS yang memutuskan tidak mengubah FFR (suku bunga The Fed) dengan pernyataan yang dovish," kata Nanang ketika dihubungi pada Kamis (31/1).

Baca juga, Fed AS Pertahankan Suku Bunga tak Berubah

Pernyataan dovish yang dimaksud adalah The Fed akan bersabar dalam membuat keputusan perubahan tingkat suku bunga ke depan. Hal itu mengindikasikan kemungkinan perlambatan proses normalisasi The Fed.

"Hal tersebut membuat implied probability kenaikan FFR hingga Desember tahun ini kembali turun sementara implied probability penurunan FFR di akhir tahun naik menjadi 22 persen," kata Nanang.

Dia juga menyampaikan, arus modal asing yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) pada Kamis (31/1) hingga pukul 14.00 WIB sudah mencapai Rp 3 triliun. 

"Bank Indonesia tetap akan membiarkan Rupiah berlanjut menguat di bawah Rp 14.000 karena Rupiah masih undervalued, sekaligus untuk memperkuat confidence terhadap Indonesia," kata Nanang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement