REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyaknya pelaku financial technology (fintech) bermunculan terutama di bidang pembayaran (payment) membuat persaingan semakin ketat. Meski begitu, CEO Faspay Eddy Tju menilai, ketatnya persaingan tersebut justru positif. Apalagi pasar di Indonesia masih sangat besar.
"Maka pengembangan produk baru jadi sesuatu yang bagus. Menurut saya adanya kompetisi jangan direspons negatif," ujarnya dalam diskusi di Jakarta, Selasa, (29/1).
Menurutnya, semakin banyak pemain fintech payment semakin bagus. Pasalnya, mengedukasi kesadaran keuangan atau inklusi keuangan tidak mudah sehingga perlu dilakukan banyak pihak.
"Penetrasinya pun butuh waktu. Jadi semakin meriah semakin banyak," kata dia.
Senada dengan Eddy, CEO dan Co-Founder Bizhare Heinrich Vincent pun setuju adanya kolaborasi. Apalagi, perusahaan fintech equity crowdfunding ini merasa, model bisnisnya terbilang baru dibandingkan fintech bidang lainnya sehingga perlu menggandeng lembaga lain.
"Kami juga kolaborasi dengan bank. Di sini bank sebagai partner karena kita nggak bisa jalan sendiri, bedanya di segmen mana yang mau kita garap," katanya pada kesempatan serupa.
Ia menambahkan, fintech equity crowdfunding bukanlah kompetitor bagi bank maupun fintech lainnya, melainkan solusi alternatif bagi pendanaan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM). "Jadi equity crowdfunding merupakan urun dana berbasis saham. Kalau dulu orang patungan untuk model sosial bantu orang, ini tujuannya untuk investasi basisnya kepemilikan saham," kata Heinrich.
Hingga kini total pendanaan Bizhare ke UKM telah mencapai sekitar Rp 6,2 miliar. Dengan total pengajuan pendanaan sebanyak 638 dan jumlah investor yang terdaftar menembus 11.924.