Jumat 18 Jan 2019 05:50 WIB

Suku Bunga Acuan Tetap Enam Persen Sudah Diprediksi

Peluang untuk lebih longgar ada di semester dua 2019 jika CAD membaik.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) bersama Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kedua kanan), Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kedua kiri), Sugeng (kiri), dan Rosmaya Hadi (kanan) bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (17/1/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) bersama Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kedua kanan), Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kedua kiri), Sugeng (kiri), dan Rosmaya Hadi (kanan) bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (17/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate di level 6,0 'persen telah diprediksi pasar. Pengamat Ekonomi, David Sumual mengatakan ini sudah dalam dugaan karena kondisi pasar masih dalam batas 'aman'.

"Kita lihat di kuartal satu ini suku bunga sepertinya akan tetap, BI akan menahan," kata dia pada Republika.co.id pada Kamis (16/1).

Hal ini karena The Fed sudah terindikasi akan mengurangi peluang kenaikan suku bunga acuannya jadi hanya dua kali. Juga likuiditas global yang telah mengalir ke negara emerging market seperti Indonesia, dan inflasi yang masih terjaga dalam perkiraan BI.

Indonesia, kata David, masih dalam kondisi aman. Meski demikian, masih ada yang perlu diwaspadai pada kuartal-kuartal selanjutnya. Seperti ketidakpastian perang dagang, harga komoditas yang masih volatil, juga current account deficit (CAD) Indonesia yang masih tinggi.

"CAD ini tidak akan terselesaikan dalam jangka waktu menengah, sehingga BI tetap perlu waspada, diproyeksikan BI akan menganut kebijakan moneter bias ketat," kata dia. 

Peluang untuk lebih longgar ada di semester dua 2019 jika CAD membaik apalagi jika inflasi tetap terkendali. Namun kini kalkulasi BI harus tetap hati-hati karena CAD masih rentan jika terkena serangan lagi. Ini bisa berimbas pada nilai tukar rupiah. 

David menilai, kenaikan suku bunga tahun lalu hingga 175 basis poin telah direspons dengan baik oleh perbankan. Tidak semua langsung diterapkan pada nasabah. Kecuali untuk suku bunga deposito yang sudah naik. Namun suku bunga pinjaman ada yang belum menaikan.

Ia memprediksi sekarang perbankan mungkin akan mulai melakukan penyesuaian. Meski akan tergantung pada likuiditasnya karena persaingan perbankan pun sudah cukup ketat. 

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rohan Hafas mengatakan selama ini kebijakan BI telah menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. BI sudah mendengarkan suara market sehingga penetapan suku bunga sudah sesuai dengan keinginan pasar.

"Kami sudah lihat BI sudah market oriented, penentuan suku bunga sudah baik untuk saran maupun waktunya," kata dia. 

Dalam penyesuaian terhadap suku bunga, Mandiri melakukan perhitungan yang disesuaikan dengan kondisi likuiditas. Untuk kredit biasanya Mandiri melihat kondisi per sektor. Ada beberapa sektor yang direm kenaikannya karena mempertimbangkan kondisi nasabah.

"Biasanya kita juga penyesuaian dengan mengirangi NIM, tidak terlalu banyak tapi masih cukup untuk tetap menghasilkan laba," kata dia.

Pasalnya, ada sektor-sektor yang jika dinaikan suku bungannya akan menimbulkan risiko. Mandiri juga biasanya melakukan subsidi silang. Untuk bunga deposito, BI Rate sangat berkolerasi cukup tinggi. Karena mencerminkan pasokan dan kebutuhan.

Sehingga tingkat suku bunga deposito juga harus mencerminkan likuiditas pasar. Karena jika tidak bisa bersaing dengan instrumen lain maka akan tergerus juga. Ia memperkirakan suku bunga deposito akan naik meski dibawah setengah persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement