REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil mencapai target peningkatan produksi padi dan jagung yang dicanangkan pemerintah. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Sumarjo Gatot Irianto mengatakan berdasarkan data secara nasional sepanjang 2018 produksi padi 2018 mencapai 83,04 juta ton GKG atau setara dengan 48,3 juta ton beras.
Menurut Sumarjo, angka ini tercatat masih surplus dibandingkan dengan angka konsumsi sebesar 30,4 juta ton beras. Begitu juga dengan jagung, pada periode yang sama produksinya mencapai 30,05 juta ton PK, sedangkan perhitungan kebutuhan sekitar 15,58 juta ton PK.
“Secara nasional selama setahun di 2018 bisa disimpulkan bahwa surplus padi dan jagung sudah bisa kita capai. Namun, tentu jika diturunkan datanya spesifik per daerah dan periode tertentu ada yang kekurangan, tapi bisa ditutupi dari daerah lain yang punya kelebihan produksi. Hal ini akan sangat terekait dengan masalah distribusi,” kata Sumarjo dalam acara Bincang Asyik Pertanian Indonesia (Bakpia) di Kantor Kementerian Pertanian, Jumat (11/1).
Sumarjo menjelaskan, surplus diperoleh berdasarkan hasil pelaksanaan Upaya Khusus Padi Jagung dan Kedelai (Upsus PJK) sejak 2015. Sejak dilaksanakannya, Upsus PJK mampu meningkatkan luas tanam padi secara tajam sebesar 2 juta hektare, dari 14 juta hektaer pada 2014 menjadi 16 juta hektare pada 2018.
“Dengan perbaikan prasarana dan sarana, penanganan pasca panen dan pengamanan produksi, produksi 2019 diproyeksikan akan meningkat lebih tinggi lagi dibanding 2018,” ujarnya.
Potensi tambahan produksi 2019 berpeluang besar diantaranya melalui pengembangan padi dilahan rawa pasang surut/rawa lebak, pemanfaatan lahan kering untuk padi, jagung, kedelai, pengembangan budidaya tumpang sari, perbaikan teknologi benih, pupuk, budidaya, dan penanganan pasca panen, dan pengamanan produksi dari gangguan OPT.
Ia menambahkan, perluasan areal tanam program SERASI (Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani) misalnya, ditargetkan bisa memperluas lahan rawa pasang surut dan lebak tahun sebesar 500 ribu hektare terutama di Provinsi Kalsel dan Sumsel. Diharapkan adanya program SERASI di rawa dapat meningkatkan indeks pertanaman dan mengembangkan korporasi petani.
“Dengan program ini kita upayakan pertanaman di lahan rawa menjadi dua kali dalam setahun dari sebelumnya yang hanya satu kali,” tutur Sumarjo.
Selain di rawa, perluasan areal tanam juga dilakukan melalui pengembangan padi di lahan kering dengan diantaranya dengan budidaya tumpangsari. Tumpangsari sebagai solusi untuk mengatasi persaingan lahan antar komoditas. Tahun 2019, program tersebut ditargetkan perluasan areal tanam mencapai 1,05 juta hektare atau setara luas pertanaman 2,1 juta hektare. Dari sisi pendapatan pun, budidaya tumpangsari bisa memperoleh keuntungan lebih besar daripada budidaya monokultur.
Sementara itu, Pengamat Pertanian Siswono Yudo Husodo mengapresiasi capaian Kementan dalam meningkatkan produksi dan menjaga inflasi pangan. Mantan Ketua Himpunan Kerukunan Tani (HKTI) itu mengamini, perluasan areal tanam merupakan faktor utama untuk terus menjaga produksi tanaman pangan agar bisa mencukupi kebutuhan penduduk yang pasti terus bertambah.
“Ekspor beras di atas 3 ribu ton merupakan prestasi besar dalam kebijakan pemerintah. Ke depan, luasan lahan milik petani masih perlu ditingkatkan dengan upaya strategis. Upaya program perluasan areal tanam baru seperti lahan rawa dan lahan kering merupakan terobosan yang sangat baik, dan perlu disambut oleh gubernur dan bupati. Kita lihat misalnya, Dompu, bupatinya punya komitmen sehingga bisa menjadikan kabupaten yang miskin menjadi sejahtera karena masyarakat bisa bertumpu pada perluasan tanam jagung, bahkan pertanamannya sampai masuk ke hutan,” kata Siswono.
Disamping perluasan areal tanam, upaya yang dilakukan Ditjen Tanaman Pangan melalui peningkatan produktivitas, yaitu dengan peningkatan penggunaaan benih varietas unggul dengan potensi produksi yang tinggi, pengembangan padi hibrida, anjuran penggunaan pupuk berimbang, pengamanan pertanaman melalui pengawalan pengendalian OPT serta menekan kehilangan hasil melalui penanganan pascapanen yang baik.