REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah mencapai target yang ditetapkan pemerintah. Sebelumnya, BRI diberikan plafon KUR sebanyak Rp 79 triliun.
"Penyaluran KUR BRI sudah melampaui target KUR," ujar Direktur Utama BRI Suprajarto saat dihubungi Republika.co.id pada Ahad, (30/12). Ia menambahkan, lebih dari 40 persennya pun telah disalurkan ke sektor produksi.
Corporate Secretary BRI Bambang Tribaroto menambahkan, penyaluran KUR BRI setara dengan 68,1 persen dari total plafon KUR. "Target KUR kita sudah tercapai sejak November 2018 lalu," ujarnya saat ditemui pekan ini.
Ia pun menegaskan, BRI siap bila tahun depan pemerintah menambah jumlah porsi KUR untuk BRI. Pasalnya, Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 4 ini memang fokus menyalurkan kredit ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Baca juga, Pemerintah Pertimbangkan Pemberian Sanksi Bagi Penyalur KUR
"Nasabah KUR itu kan kecil-kecil, jadi penyalurannya memerlukan banyak Sumber Daya Manusia (SDM). Biasanya bank lain sulit masuk ke KUR karena kesulitan menjangkau yang kecil-kecil itu, kalau BRI siap, asal nambahnya (plafon) nggak besar, nambah sekitar 10 persen kita siap," tuturnya.
Sebelumnya, pemerintah mengimbau kepada bank agar lebih banyak menyalurkan KUR ke sektor produksi. Maka, BRI pun berupaya untuk meningkatkan penyaluran ke industri tersebut.
Hanya saja, Bambang tidak memungkiri, kalau penyaluran KUR BRI masih didominasi ke sektor perdagangan. Alasannya karena di sekitar BRI, masih banyak industri perdagangan yang memerlukan pembiayaan.
"Tapi kita mau tingkatkan penyaluran ke produksi," ujar Bambang. Dirinya menambahkan, dari total nilai penyaluran KUR perseroan, sebanyak 42 persen di antaranya disalurkan ke sektor produksi lalu sisanya atau 58 persen ke nonproduksi.
Kualitas pembiayaannya, lanjut Bambang, juga terjaga. Terlihat dari tingkat kredit bermasalah atau Nonperforming Loan (NPL) KUR BRI yang saat ini masih di bawah dua persen.