Senin 24 Dec 2018 17:22 WIB

Petani-Perajin Tahu Tempe Dukung Peningkatan Produksi Pajale

Pasokan kedelai sudah sesuai kebutuhan masyarakat dalam mengonsumsi tahu tempe.

Pekerja saat akan membungkus olahan kacang kedelai untuk dijadikan tempe. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pekerja saat akan membungkus olahan kacang kedelai untuk dijadikan tempe. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani dan pengrajin tahu tempe mendukung upaya pemerintah meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai (Pajale). Sesuai yang telah ditetapkan, produksi pajale ditargetkan sebanyak 119,8 juta ton pada 2019.


Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin, mengatakan program peningkatan itu harus mendapat dukungan dari semua pihak. Ia mengingatkan kedelai adalah kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.

"Iya dong kita harus mendukungnya. Kan kita ingin para petani kita hidup, baik secara kesejahteraan maupun secara pasokan," kata Aip dalam pertemuan pengrajin tahu tempe di Semanan, Jakarta Barat, baru-baru ini.

Aip mengatakan kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah kepemimpinan Andi Amran Sulaiman sudah cukup baik dalam menyediakan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Di sisi lain, peran pemerintah dalam memenuhi kebutuhan kedelai pada perayaan Natal dan Tahun Baru juga sudah maksimal. 

Ketersediaan kedelai, kata Aip, sudah memenuhi target kebutuhan masyarakat dalam mengonsumsi tahu dan tempe. "Yang saya lihat sekarang kebutuhan kedelai 3 juta ton dari total impor sekitar 2,5 ton. Menurut saya, jumlah tersebut sudah memenuhi kebutuhan tahun baru 2018," kata dia.

Aip menambahkan, kebutuhan kedelai dalam setahun yang bisa mencapai 3 juta ton, diperuntukan bagi ribuan perajin tempe dan tahu yang tersebar di seluruh Indonesia. "Kalau hitungan sehari bisa mencapai 10 ribu ton dengan kualitas impor dan lokal sama-sama bagus,"ucap dia.

Salah satu petani dan pengrajin tempe tahu asal Kabupaten Cianjur, Hugo Soswaya, mengatakan kebutuhan kedelai di wilayahnya mencapai 350 ton per bulan. Kebutuhan itu dirasa cukup mengingat harga pasar yang cenderung stabil.

Hugo menyatakan, kalangan petani merasa lebih sejahtera ketimbang beberapa tahun sebelumnya. Apalagi daya beli dan jual yang relatif aman. Meski demikian, ia berharap pemerintah segera melakukan upaya peningkatan agar kebutuhan kedelai mampu swasembada. "Kesejahteraan petani kedelai cenderung meningkat di era Amran, harga-harga stabil," katanya.

Ketua Umum Serikat Tani Nasional, Ahmad Rifai mengatakan, sejauh ini pemerintah sudah berada di jalan yang benar dalam upayanya meningkatkan kesejahteraan petani melalui produksi pajale. Target 119,8 juta ton dinilai angka yang realistis dan harus mendapat dukungan dari berbagai pihak.

"Serikat Tani Nasional selalu mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan target produktivitas. Target itu harus tercapai dengan cara yang moderen," ujar dia.

Kementan menargetkan produksi pajale pada 2019 sebanyak 119,8 ton. Jika dirinci, target itu masing-masing untuk padi sebanyak 84 juta ton, jagung 33 juta, dan kedelai 2,8 juta ton.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring mengatakan, sejauh ini program dan kegiatan pajale terbagi menjadi dua. Di antaranya peningkatan budi daya dan sarana prasarana. Untuk budi daya, kementan akan melakukan tiga usaha yaitu perluasan areal tanam, intensifikasi dan subsidi benih.

Untuk sarana prasarana antara lain berupa perbaikan irigasi, pencetakan sawah baru, bantuan traktor, pompa air, combine harvester, power tresher,dan  rice transplanter. Ada pula desa mandiri benih, asuransi pertanian padi, pengolahan pupuk organik, corn sheller dan corn combine harvester. "Ini akan dikakukan untuk 34 provinsi di Indonesia," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement