REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), baru saja kembali menaikkan suku bunga acuannya Fed Fund Rate (FFR) sebanyak 25 basis poin (bps). Meski begitu, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate diprediksi akan tetap.
"Saya expect, BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7 RRR masih akan stay di 6.00 persen pada bulan ini," ujar Ekonom Asian Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi kepada Republika, Kamis (20/12). Ia menyebutkan, ada dua alasan mengapa BI mempertahankan suku bunga acuannya.
"Pertama, walau FFR AS naik bulan ini, tapi beberapa pejabat The Fed memberikan sinyal kenaikan untuk tahun depan hanya dua kali lagi," katanya. Sebelumnya, para pelaku pasar finansial global memprediksi The Fed bakal menaikkan suku bunga acuannya tiga kali lagi pada 2019.
Alasan kedua, kata dia, BI telah mengantisipasi kenaikan FFR tersebut. "Antisipasi dilakukan dengan menaikan BI 7 RRR pada November lalu," jelas Eric.
Perlu diketahui, The Fed telah menaikkan lagi FFR. Hanya, bank sentral AS itu mengisyaratkan kenaikan suku bunga tahun depan akan lebih lambat seiring mendinginnya perekonomian di AS.
"Mengingat realisasi dan ekspektasi kondisi pasar kerja dan inflasi, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan, kisaran target suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) dinaikkan. Dengan begitu menjadi 2,25 persen sampai 2,5 persen," ujar The Fed dalam pernyataannya seperti dilansir Reuters, Kamis, (20/12).
Ini merupakan keempat kalinya The Fed menaikkan suku bunga pada 2018. Sekaligus kesembilan kalinya sejak 2015.
The Fed menilai, perekonomian AS terus naik. Pasar tenaga kerja AS juga terus menguat. Maka para pejabat The Fed memperkirakan, ekonomi AS akan tumbuh sebesar tiga persen tahun ini.