Jumat 27 Jun 2025 19:17 WIB

Omzet Tembus Puluhan Miliar, UMKM Binaan BI Ini Ekspor ke Lima Benua

Dibina sejak 2018, Indorisakti buktikan nilai tambah produk lokal ramah lingkungan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Pemilik UMKM Indo Risakti Windu Sinaga dan Riris Simanjuntak.
Foto: Dian Fath Risalah/Republika
Pemilik UMKM Indo Risakti Windu Sinaga dan Riris Simanjuntak.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tak banyak yang menyangka, tanaman enceng gondok bisa menjadi pintu ekspor jutaan dolar. UMKM Indorisakti, pelaku usaha kerajinan berbasis bahan alami asal Yogyakarta, kini mencatatkan omzet tahunan hingga puluhan miliar rupiah dan mengirim produknya ke lima benua. Kesuksesan ini tak lepas dari peran Bank Indonesia yang membina Indorisakti sejak 2018.

“Dulu kami hanya kirim satu-dua kontainer per bulan. Setelah difasilitasi BI, kami bisa naik sampai sepuluh kontainer saat pandemi. Karena exposure dan pendampingan itu, kepercayaan diri kami juga ikut naik,” ujar pemilik Indorisakti, Windu Sinaga, saat ditemui Republika, Kamis (25/6/2025).

Baca Juga

Produk Indorisakti kini hadir di pasar Amerika, Eropa, Timur Tengah, Asia, hingga Afrika. Seluruh produk menggunakan bahan daur ulang seperti enceng gondok, batang pisang, dan akar kayu dari daerah sekitar Yogyakarta, Bantul, Kulonprogo, hingga Jawa Timur. Jumlah pengrajin mitra pun melonjak dari hanya 50 menjadi lebih dari 600 orang.

Salah satu dukungan penting dari BI adalah fasilitasi sertifikasi Business Social Compliance Initiative (BSCI) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Sertifikasi ini menjadi prasyarat utama untuk masuk pasar internasional, sekaligus memperkuat branding sebagai UMKM yang peduli keberlanjutan.

“Kalau kami presentasi ke bank sendiri, prosesnya berat. Tapi dengan BI sebagai kurator, posisi tawar kami jadi lebih kuat,” kata Windu.

Selain itu, BI juga memfasilitasi promosi digital melalui pembuatan video profil usaha, e-katalog, serta keikutsertaan dalam pameran berskala internasional seperti IFEX dan New York Now. Dalam prosesnya, BI tak hanya membuka akses pasar, tetapi juga membangun kapasitas strategis pelaku UMKM.

“UMKM itu biasanya sibuk produksi. Tapi lewat pembinaan BI, kami belajar berpikir strategis, melihat pasar, dan memprioritaskan investasi jangka panjang seperti solar panel untuk menjaga kualitas produk,” ujarnya.

photo
Pengrajin dari Indo Risakti menyelesaikan produk kerajinan berbahan eceng gondok di Yogyakarta, belum lama ini. UMKM binaan Bank Indonesia sejak 2018 ini sukses menembus pasar lima benua dengan omzet tahunan hingga puluhan miliar rupiah. - (Dian Fath Risalah/Republika)

Windu mengaku optimistis bisa menjaga performa ekspor tahun ini, meski sempat terdampak perang tarif. Ia berharap pembinaan seperti yang dilakukan BI dapat terus diperluas agar semakin banyak UMKM lokal mampu naik kelas dan menembus pasar global.

“Pembinaan ini bukan sekadar dana. Tapi membangun mindset, membuka jaringan, dan memberi keberanian untuk tumbuh lebih besar,” tegasnya.

Kepala Kantor Perwakilan BI DIY, Sri Darmadi Sudibyo, yang akrab disapa Dibyo, menegaskan bahwa potensi ekspor dari UMKM DIY sangat besar dan akan terus didorong lewat berbagai fasilitasi strategis.

“Untuk nilai ekspor, ini kita punya event namanya Grebeg UMKM baru kemarin diselenggarakan bulan April. Yang dilaksanakan pada periode itu saja mencapai Rp 7 miliar dari 34 UMKM. Tapi periodenya hanya sampai dengan April 2025. Ada potensi lebih besar dari itu,” ujar Dibyo.

Dengan pertumbuhan dan kreativitas yang dimiliki pelaku UMKM seperti Indorisakti, Bank Indonesia berharap pengembangan ekonomi daerah semakin kuat dan inklusif, sekaligus membuka peluang pasar global bagi lebih banyak pelaku usaha lokal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement