REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS memperpanjang pelemahannya di akhir perdagangan Rabu (12/12) atau Kamis (13/12) pagi WIB. Pelemahan dolar AS terjadi seiring menguatnya nilai tukar poundsterling setelah Perdana Menteri Inggris Teresa May memenangkan pemungutan suara di parlemen terkait mosi tidak percaya terhadapnya.
May mengalahkan upaya-upaya untuk menjatuhkannya pada Rabu (12/12), ketika 200 anggota parlemen Konservatif memilih dia tetap sebagai pemimpin partai, dibandingkan dengan 117 anggota parlemen yang tidak memberikan kepercayaan.
Kemenangan yang diperoleh dengan susah payah itu memastikan May akan terus bersaing mendapatkan dukungan untuk kesepakatan Brexit yang belum ditentukan yang telah disepakati oleh Brussels, yang dianggap oleh lawannya sebagai kompromi Inggris pada perdagangan dan hak-hak lainnya.
Namun, para analis mengatakan bahwa keraguan masih menggantung di pasar, tentang apakah May akan bisa mendapatkan kesepakatan perceraian Inggris-Uni Eropa melalui Parlemen Inggris nanti.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1365 dolar AS dari 1,1326 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2632 dolar AS dari 1,2528 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7219 dolar AS dari 0,7205 dolar AS.
Dolar AS dibeli 113,21 yen Jepang, lebih rendah dari 113,39 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS tidak berubah didekat 0,9928 franc Swiss dari 0,9928 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3350 dolar Kanada dari 1,3396 dolar Kanada.