Rabu 12 Dec 2018 08:25 WIB

Peneliti Kementan Beri Solusi Tingkatkan Produktivitas Kakao

Marka Molekuler memfasilitasi percepatan pengembangan varietas unggul baru kakao

Rep: Imas Damayanti/ Red: EH Ismail
Kepala Badan Pengembangan Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Momon Rusmono memberi sambutan mewakili Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam pengukuhan tiga profesor riset Litbang di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Selasa (11/12).
Kepala Badan Pengembangan Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Momon Rusmono memberi sambutan mewakili Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam pengukuhan tiga profesor riset Litbang di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Selasa (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Peneliti Kementerian Pertanian menawarkan solusi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas biji kakao Indonesia melalui hasil riset. Hal itu diungkapkan Prof Dr Rubiyo, saat menyampaikan orasi ilmiah di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Selasa (11/12).

“Persoalannya, untuk dapat menghasilkan varietas unggul kakao secara konvensional memerlukan waktu yang lama, sekitar 25-30 tahun. Karena itu upaya percepatan proses pemuliaan terus dilakukan, dan salah satu peluang ke arah itu melalui penggunaan Marka Molekuler,” kata Rubiyo.

Menurut Rubiyo, Marka Molekuler mampu memfasilitasi percepatan pengembangan varietas unggul baru kakao jika dikombinasikan dengan pemuliaan. Penggunaan Marka Molekuler telah dimulai sejak 2017 lalu, dan diarahkan pada upaya penciptaan varietas unggul dengan produktivitas tinggi, tahan terhadap hama PBK dan penyakit VSD serta BBK . Hasilnya varietas beradar lemak di atas 55 persen, dan bobot satu biji kering di atas 1 gram.

“Bila pola ini terus dikembangkan maka penyediaan varietas unggul dapat terpenuhi. Upaya Indonesia menjadi produsen utama kakao dunia bukanlah mimpi,” ujar Rubiyo dalam orasi ilmiah berjudul “Perakitan Varietas Kakao Unggul Mendukung Ekspor dan Daya Saing Kakao Indonesia”.

Ia menambahkan, bila lahan untuk budidaya kakao bisa ditingkatkan sampai 2 juta hektar diimbangi dengan penyediaan varietas unggul dengan produktivitas minimal 1.000 kg per hektar per tahun, akan meningkatkan produksi kakao nasional menjadi 2 juta ton.

“Produksi tersebut akan membuat Indonesia menjadi penghasil kakao nomor satu di dunia dibandingkan dengan Ghana 897 ribu ton dan Pantai Gading 1.746 ribu ton,” tutur nya optimistis.

Temuan ini sekaligus akan menjadi jawaban dari persoalan industri hilir kakao nasional, yang belakangan terpaksa mengandalkan bahan baku impor karena minimnya pasokan biji kakao di pasar domestik.

Dari Riset Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045

Pada kesempatan yang sama Prof Dr Ahsol Hasyim. juga menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “Inovasi Teknologi Pengendalian Hama Ramah Lingkungan Pada Tanaman Buah dan Sayuran”. Ahsol Hasyim banyak mengungkapkan kiprahnya dalam pengembangan Pengendalian Hama Terpadu Ramah Lingkungan (PHT-RL) yang telah diimplementasikan pada tanaman buah dan sayuran.

Paparan lainnya disampaikan Prof Dr Gunawan MS  dengan orasi berjudul “Inovasi Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan Ternak Dan Pakan Tambahan Pada Sapi Potong Untuk Mendukung Swasembada Daging”. Gunawan mengungkapkan pengembangan berbagai teknologi pengolahan hijauan pakan ternak, yang mampu meningkatkan nutrisi pakan dan sekaligus dapat digunakan sebagai cadangan pakan pada musim kemarau.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kepala Badan Pengembangan Penyuluhan dan Sumberdaya Manusia Pertanian (PPSDMP) Dr Ir Momon Rusmono, mengapresiasi gagasan ketiga profesor ini. Untuk itu Mentan meminta ketiganya berkolaborasi dan bersinergi dalam wadah Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR), dan menindaklanjuti gagasan mereka, melalui beberapa penugasan yang disampaikan pada akhir acara Orasi ini. Menurut Amran, sinergi ini tidak saja akan jadi model bagi peneliti lainnya, namun secara konkret dapat menjawab berbagai permasalahan riil yang dihadapi petani saat ini.

“Hasil penelitian ini telah diterapkan dan berkembang, sehingga akan mendukung target Indonesia menjadi lumbung pangan 2045. Temuan ketiga Profesor riset ini juga memberikan nilai tambah untuk petani dan memberikan kesejahteraan masyarakat luas,” Momon.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement