REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan mulai membidik kredit digital untuk mendorong efisiensi penyaluran. Menurut Pengamat Ekonomi Digital, Heru Sutadi, hal ini merupakan upaya perbankan untuk dapat menyaingi kompetitor di layanan teknologi finansial.
"Perbankan Harus mentransformasi diri ke digital untuk transformasi kredit dan pembayaran," ujar Heru Sutadi kepada Republika.co.id, akhir pekan lalu.
Menurut Heru, ke depannya industri perbankan dan industri teknologi finansial (tekfin/fintech) akan saling melengkapi. Hal ini karena masing-masing industri memiliki kelemahan dalam menjangkau masyarakat unbankable.
Untuk mempertahankan diri di tengah revitalisasi, perbankan membutuhkan waktu dan teknologi baru. Sementara fintech memerlukan permodalan dan sistem yang tepat untuk menyalurkan dana dalam jumlah besar. Salah satu cara yang bisa dilakukan bank adalah bekerja sama dengan perusahaan fintech yang sudah memiliki teknologi tersebut.
"Perbankan ke fintech membutuhkan waktu dan teknologi baru, yang mudah dengan kerja sama. Bank konvensional dengan peer to peer (P2P) lending syariah, atau bank syariah dengan P2P syariah," jelasnya.
Sementara itu bekerja sama dengan bank akan membuat fintech dapat mengadopsi sistem perbankan yang lebih matang. Ia menyoroti banyaknya kasus macetnya kredit nasabah P2P, dan kesulitan mereka akibat penagih utang yang disebut kasar.
"Mereka masih mencari pola di mana layanan yg baik. Di 2020 kita akan lihat lagi, mana yang mungkin bisa lebih kuat atau bisa berdampingan," kata Heru.
Baca juga, Masa Depan Ekonomi Digital di Tangan Milenial
Beberapa bank telah melakukan transformasi digital sejalan dengan perkembangan teknologi. Sebut saja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang akan menggandeng situs perbelanjaan dalam jaringan (e-commerce) untuk menyalurkan kredit digital pada semester I 2019.
Wakil Senior Presiden Bidang Perbankan Digital Bank Mandiri, Sunarto Xie di Semarang, Jawa Tengah, Jumat, mengatakan aplikasi kredit digital yang mirip dengan layanan fintech ini direncanakan berplafon hingga Rp 30 juta. Namun, perseroan masih enggan mengungkapkan identitas e-commerce tersebut.
"Kami sedang mengerjakan itu (pinjaman online) dengan mitra e-commerce. Nama mitranya belum bisa disebutkan," katanya.
Sementara itu Bank BTPN menawarkan kredit digital melalui aplikasi Jenius yang menyasar kepada segmen milenial. Digital Banking Balue Proposition and Product Head BTPN Irwan Sutjipto Tisnabudi mengatakan, salah satu penyaluran kredit digital di BTPN yakni fitur Flexi Cash. Flexi Cash merupakan dana siaga (standby loan) hingga Rp 50 juta yang diberikan ke pengguna aplikasi Jenius sebagai dana tambahan.
Untuk sementara, nasabah aktif Jenius yang terpilih yang akan ditawarkan bank untuk dapat menggunakan fitur pinjaman ini. Dia pun optimistis dengan berbagai fitur yang ditawarkan, pengguna Jenius akan terus meningkat setiap tahunnya.
"Pengguna Jenius mencapai 900 ribu, dari jumlah tersebut, pengguna aktifnya mencapai 700 ribu lebih. Itu meningkat 2,5 kali pada tahun ini," kata Irwan.