REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tjahya Widiyanti mengatakan, kondisi barang pokok (bapok) menjelang Natal dan Tahun Baru 2019 cenderung stabil. Bahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga bapok pada pekan keempat November cenderung turun dibanding dengan bulan sebelumnya.
Beberapa bapok yang turun adalah cabai (turun 3,90-3,99 persen), daging ayam ras (turun 1,12 persen), gula pasir (turun 0,75 persen) dan minyak goreng (turun 0,23-0,43 persen). Sementara itu, komoditas yang harganya naik hanya bawang merah. "Rata-rata November 2018 sebesar Rp 24.544 per kilogram (kg), naik 12,27 persen dibanding Oktober 2018. Tapi, masih di bawah harga acuan, yakni Rp 32.000 per kg," ujar Tjahya ketika dihubungi , Senin (3/12).
Tjahya menambahkan, dalam rangka antisipasi naiknya permintaan barang kebutuhan pokok menjelang Natal 2018 dan Tahun Baru 2019, Kemendag telah melaksanakan rapat koordinasi nasional (Rakornas) di Batam pada 11 November 2018. Dalam acara itu, turut mengundang seluruh kepala dinas provinsiyang membidangi perdagangan.
Tjahya mengatakan, dalam rakornas itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memberikan arahan agar tiap-tiap kepala daerah terus melakukan pemantauan kelancaran distribusi dan kecukupan stok bapok di daerah. Khususnya, menjelang Natal dan Tahun Baru.
Dalam Rakornas tersebut, pemerintah daerah menyatakan kesiapannya dalam mengamankan stabilitas harga dan kecukupan stok/pasokan bapok di daerah masing-masing. Stok bapok di daerah-daerah juga dilaporkan tersedia dengan cukup, khususnya untuk memenuhi kebutuhan menjelang Natal dan Tahun Baru. "Ini juga didukung oleh langkah antisipasi pelaku usaha yang meningkatkan jumlah stoknya, serta langkah antisipasi pemerintah daerah," ujar Tjahya.
Sebagai tindak lanjut Rakornas, Tjahya menambahkan, Kemendag juga melaksanakan rapat koordinasi daerah dan pemantauan lapang di pasar rakyat, gudang distributor bapok, dan gudang bulog di 15 daerah pantauan utama. Daerah tersebut di antaranya Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Bali.
Pelaksanaan Rakorda dijadwalkan pada 16 November sampai 14 Desember 2018. Selain itu, pada 17 hingga 24 Desember 2018 juga akan dilakukan penetrasi pasar secara intensif untuk mengawal kecukupan pasokan menjelang Natal dan Tahun Baru khususnya di pasar-pasar pantauan.
Sampai dengan Senin (3/12), Tjahya mencatat Rakorda telah dilakukan di enam daerah yaitu Jatim, Maluku, Kalteng, Kalbar, Jabar, dan NTT. Kesimpulannya, harga bapok terpantau masih stabil, dan ketersediaan stok/pasokan bapok di tiap-tiap daerah masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan akhir tahun, dengan memperhitungkan potensi kenaikan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru.
Tjahya mengatakan, pemerintah daerah telah melakukan langkah antisipasi berupa peningkatan koordinasi dengan pelaku usaha, pemantauan harga dan stok secara intensif. "Kerja sama pengawasan di lapangan dengan Satgas Pangan Daerah juga dilakukan," ujarnya.
Sementara itu, distributor bapok di daerah juga telah melakukan antisipasi kenaikan permintaan. Termasuk dengan meningkatkan jumlah stok bapok di gudang, didukung oleh terjaganya kelancaran distribusi bapok dari supplier sampai dengan saat ini.
Sementara itu, Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, secara prinsip, stok beras Bulog jelang akhir tahun 2018 sangat cukup sampai dengan Maret. "Atau setidaknya sampai memasuki musim panen yang akan dimulai sekitar Februari 2019," ujarnya.
Dengan stok yang cukup itu, Tri menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir dan dapat melaksanakan hari besar dan keagamaan serta tahun baru dengan tenang. Seluruh stok ini juga sudah tersebar di gudang-gudang Bulog di seluruh pelosok tanah air.