REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina mendorong produksi minyak nasional mencapai 60 persen berasal dari olahan lokal seperti yang ditargetkan pemerintah. Menurut Komisaris PT Pertamina (Persero) Sahala Lumbangaol, perusahaan pelat merah ini akan mendorong kegiatan hulu dan menargetkan perseroan untuk menjadi produsen minyak bumi terbesar di Indonesia.
"Pertamina adalah perusahaan terintegrasi, dari hulu ke hilir. Pertamina akan move on dan akan terus mengembangkan diri seperti pengembangan petrochemical based on coal," katanya dalam Pertamina Energy Forum 2018 di Hotel Raffles Jakarta, Rabu (28/11).
Sementara itu Wood Mackenzie dan Bain & Company memprediksi harga minyak mentah dunia akan stabil hingga dua tahun ke depan. Perusahaan riset dan konsultan global, Wood Mackenzie memprediksi harga minyak mentah stabil untuk 18-24 bulan ke depan. Hal itu terjadi karena berkurangnya penawaran minyak dari Iran terkait sanksi Amerika Serikat. Meski begitu, pasokan minyak dari AS diperkirakan akan meningkat.
Harga minyak dipengaruhi oleh persediaan minyak mentah dalam beberapa pekan terakhir. "Kami berharap harga minyak akan tetap stabil setidaknya dalam 18 bulan ke depan," kata Direktur Riset Hulu Minyak & Gas Wood Mackenzie Asia Pasifik, Andrew Harwood.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Bidang Energi & Sumber Daya Alam Asia Pasifik dari konsultan manajemen global Bain & Company, Brian Murphy sependapat dengan hal tersebut. "Arah harga minyak pada bulan-bulan terakhir telah lebih selaras dibandingkan beberapa bulan sebelumnya," ujarnya.
Untuk mencapai ketahanan energi nasional, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mempertimbangkan konversi penggunaan bahan bakar dari minyak ke gas. Direktur Jenderal Minyak dan Gas,
Kementerian ESDM, Djoko Siswanto menjelaskan bahwa pemerintah ingin mengeksplorasi lebih banyak kawasan timur Indonesia. Sejalan dengan banyaknya temuan sumber gas di wilayah tersebut.