REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) kembali memfasilitasi buyer potensial asal Kanada untuk bertemu dengan pengusaha kopi gayo di Takengon, Aceh Tengah, Nangroe Aceh Darussalam pada 11–20 November 2018. Pertemuan ini menghasilkan nilai kontrak 2,6 juta dolar AS untuk pengiriman November 2018 sampai Juni 2019.
Direktur Jendral PEN Arlinda menjelaskan, kegiatan ini merupakan salah satu wujud komitmen pemerintah dalam mendorong ekspor nonmigas, khususnya produk kopi khas Indonesia. "Kegiatan ini juga merupakan implementasi kerja sama Kemendag dengan Global Affairs Canada dalam Trade and Private Sector Assistance (TPSA) Project," ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (22/11).
Di luar kegiatan kunjungan ini, sudah terjadi transaksi ekspor langsung ke Kanada dan Amerika Serikat senilai empat juta dolar AS. Nilai transaksi tersebut ditargetkan meningkat dua kali lipat, melihat animo para buyer yang datang.
Menurut Arlinda, pada kunjungan ini para buyer melihat langsung proses budidaya dan produksi di kebun kopi. Kunjungan langsung buyer akan memberi informasi secara langsung bagaimana kopi gayo ditanam dan diproses. "Selain itu, akan memberikan keyakinan pada buyer akan kualitas kopi gayo," tuturnya.
Sebelumnya, para buyer telah melakukan kontak dengan pengusaha kopi gayo binaan membahas contoh produk yang akan ditinjau. Perusahaan kopi gayo binaan TPSA Project yang dikunjungi buyer Kanada adalah Koperasi Arinagata, PT Meukat Komuditi Gayo, PT Orangutan Lestari, Koperasi Redelong Organik, dan Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo).
Arlinda mengungkapkan, kunjungan buyer ini juga merupakan salah satu tindak lanjut partisipasi pengusaha kopi dari Takengon pada pameran Global Specialty Coffee Expo di Seattle, Amerika Serikat awal tahun 2018 ini. Pada pameran tersebut, Kemendag melalui TPSA project memfasilitasi lima perusahaan atau produsen kopi dari wilayah Gayo, Nangroe Aceh Darussalam untuk berpartisipasi dalam pameran.
Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Marolop Nainggolan menambahkan, para produsen kopi gayo di Aceh Tengah sebelumnya telah mendapatkan pembinaan dan telah mengikuti pameran internasional di Amerika Serikat selama dua tahun berturut-turut. "Oleh sebab itu, kualitas produk dan kapasitas perusahaan dalam produksi kopi gayo tidak perlu diragukan lagi," katanya.
Kopi gayo merupakan salah satu kopi jenis khas arabika yang dimiliki Indonesia yang tumbuh di dataran tinggi Gayo (Gayo Highland). Dikarenakan tumbuh di dataran tinggi, kopi gayo memiliki keunikan dalam segi rasa dan tekstur, seperti memiliki cita rasa buah-buahan, bunga, dan tanaman lainnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian buyer saat uji rasa contoh kopi gayo milik perusahaan binaan TPSA Project yang memiliki nilai rata-rata di atas 84.
TPSA Project adalah proyek yang didanai Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada, dan dilaksanakan oleh The Conference Board of Canada dalam jangka waktu lima tahun. Di Kementerian Perdagangan, mitra pelaksana utamanya adalah Ditjen PEN.
Tujuan utama proyek ini adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan serta menanggulangi kemiskinan di Indonesia melalui intensifikasi perdagangan dan investasi yang mendorong perdagangan antara Indonesia dan Kanada. Selain itu, proyek ini juga memperluas pemakaian analisis investasi dan perdagangan oleh pemangku kepentingan di Indonesia dalam meningkatkan kemitraan investasi dan perdagangan antara Indonesia dan Kanada.
Proyek ini merupakan salah satu kerja sama yang sangat intensif dan aktif dalam melakukan pembinaan kepada para pelaku usaha dalam meningkatkan perdagangan, khususnya ekspor ke Kanada.