REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso menegaskan, stok beras dalam negeri sampai dengan 2019. Stok beras dapat dipenuhi dari produksi sendiri, sehingga tidak diperlukan lagi impor. Stok beras tersebut diperoleh dari surplus beras sebanyak 2,85 juta ton pada 2018 yang dirilis BPS dan produksi beras hasil panen di awal 2019.
“Surplus beras Indonesia sebanyak itu bisa menjaga stabilitas pasokan hingga akhir tahun. Kuncinya ada pada penyerapan beras petani oleh Bulog di bulan Oktober-Desember. Kalau surplus bisa terserap separuhnya, stok bisa ditahan hingga Maret ketika musim panen, dan tak perlu impor," kata Sutarto.
Hal senada dikatakan Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar. Menurut Bachtiar, stok beras di gudang Bulog saat ini mencapai 2,7 juta ton. “Stok ini tentunya di atas ambang aman,” ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, dengan stok yang ada pemerintah tidak akan menambah impor. Stok beras di Bulog sebagai indikator ketahanan beras nasional berada di atas 1 juta ton dan harga beras masih stabil atau tidak mengalami kenaikan yang drastis.
“Dasar impor itu kalau stok Bulog di bawah 1 juta ton dan harga naik sampai dengan 10%," kata JK di kantornya, Selasa (23/10).
Ketua Umum Asosiasi Pedagang dan Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura Indonesia (APT2PHI) Rahman Sabon Nama mengingatkan, pemerintah ekstra hati-hati dalam penyajian data maupun mengambil keputusan kebijakan pangan. Hal tersebut penting untuk terhindar dari kesan data produksi padi yang rendah menjadi alasan mengeluarkan izin impor beras.
"Jangan sampai keliru dalam membuat kebijakan terkait anggaran dan impor beras. Dengan alasan produksi yang rendah dan lahan sawah semakin berkurang, sehingga pemerintah perlu menambah anggaran untuk tambahan impor beras," ungkap Rahman.
Direktur Serealia, Kementan, Bambang Sugiharto menegaskan, data BPS yang menyatakan surplus beras mencapai 2,85 juta ton hingga Desember 2018, memastikan kebutuhan beras domestik dapat dipenuhi produksi pangan dalam negeri. Apalagi saat ini sudah terjadi panen di beberapa daerah dan pada September, tercatat ada pertanaman padi sekitar 1,5 juta hektare.
“Ini akan panen di Januari, hasil berasnya 900 ribu ton dan ditambah stok Bulog yang belum keluar masih ada 2,7 juta ton. Panen pun akan berlangsung Maret dan seterusnya. Jadi panen sepanjang waktu. Dengan begitu, stok beras cukup aman hingga Agustus 2019, tidak perlu impor,” tutur Bambang.
Selain itu, kata Bambang, ketersediaan beras juga terlihat dari cadangan beras di masyarakat dan pedagang juga masih cukup besar.
“Buktinya, aliran beras masuk Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) masih dua kali dari hari normal. Selain itu, stok harian PIBC masih mencapai 50 ribu ton sehingga 2 kali dari stok normal," kata Bambang.