Rabu 31 Oct 2018 11:24 WIB

Kenaikan Harga Dolar AS tak Pengaruhi Produksi Listrik

Agar produksi listrik sesuai rencana, PLN pun melakukan strategi tertentu.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolanda
Direktur Operasi I PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB) Sugiyanto
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Direktur Operasi I PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB) Sugiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Direktur Operasi I PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB) Sugiyanto menegaskan, terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak akan mempengaruhi produksi listrik di Indonesia. Pasalnya, Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah menetapkan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) tahunan pada awal tahun, yang itu harus direalisasikan hingga akhir 2018.

"Prinsipnya kita ada RKAP tahunan, dimana kita asumsi-asumsi dolarnya berapa, dan sebagainya. Intinya dengan kenaikan dolar AS ini secara prinsip tidak akan mempengaruhi jumlah produksi kWh yang akan diproduksi oleh PLN," ujar Sugiyanto ditemui di acara PJB Connect, di Kantor Pusat PJB, Surabaya, Rabu (31/10).

Sugiyanto menjelaskan, listrik yang diproduksi PLN dibuat dari berbagai bahan baku, yaitu air, gas, dan juga batu bara. Sugiyanto menjelaskan, jika bicara terkait biaya, maka yang paling murah adalah pembangkit listrik tenaga air (PLTA), karena bahannya langsung dari alam.

Sementara untuk batu bara, harganya lebih mahal karena harus mendatangkan bahan baku dari Kalimantan. Sebab di Jawa tidak terdapat sumber batu bara. Sementara listrik yang dihasilkan dari gas lebih mahal lagi, karena meski sumber-sumbernya ada di Jatim, tapi biaya operasinya lebih mahal.

"Jadi masalah harga tergantung, paling murah air, kedua batu bara, dan paling mahal gas. Tetapi masing-masing punya keunggulan. Air itu murah, bersih, tapi jumlahnya terbatas. Batu bara relatif kompetitif tapi harus dari Kalimantan. Gas juga jumlahnya terbatas," ujar Sugiyanto.

Demi mengantisipasi kenaikan harga dolar, agar produksi listrik sesuai rencana, lanjut Sugiyanto, PLN pun melakukan strategi-strategi tertentu. Di antaranya, menjaga rasio listrik yang dihasilkan dari tiga bahan baku tersebut.

"Jadi PLN selama ini menjaga rasio antara air, batu bara, dan gas. Dijaga dalam rasio tertentu, sehingga harga yang dihasilkan masih mencerminkan kompetitip harga yang dihasilkan," kata Sugiyanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement