REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto menjelaskan salah satu penyebab turunnya impor migas secara month to month (mtm). Penurunan disebabkan Pertamina saat ini masih mempunyai stok minyak yang sudah diimpor sebelumnya.
Penurunan impor migas kata Djoko bukan disebabkan karena menurunnya konsumsi. Meski ia tidak bisa merigid berapa angka konsumsi per bulan, namun ia menilai angka konsumsi BBM tidak pernah turun, malah cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
"Konsumsi sebenarnya tetap, hanya saja Pertamina pakai stok impor sebelumnya yang masih ada, jadi impornya bulan ini turun," ujar Djoko saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (15/10).
Djoko menilai, salah satu penyebab menurunnya impor juga karena ada kebijakan B20. Realisasi penggunaan B20 hingga september tercatat sudah mencapai 81 persen. Penggunaan B20 kemudian menekan kebutuhan solar paling tidak sebesar 20 persen karena tersubtitusi dari FAME. "B20 juga kan sudah mulai jalan. Jadi lumayan bisa menekan impor," ujar Djoko.
Sebelumnya, Vice President Retail Fuel Marketing PT Pertamina Jumali menjelaskan, penurunan impor migas selama September 2018 disebabkan oleh kinerja kilang dalam negeri yang produksinya bagus. Apalagi dengan diterapkannya program perluasan pemakaian B20.
"Saat ini kilang dalam negeri produksinya bagus, dan awal September kan ada pemberlakuan kebijakan tentang wajib Solar B20 untuk Non-PSO. Sehingga ini akan memberi dampak terhadap turunnya impor," ujar Jumali saat dihubungi Republika, Senin (15/10).
BPS mencatat, Impor migas Indonesia pada September 2018 turun sebesar 25,20 persen di bandingkan Agustus 2018. BPS mencatat impor migas pada September sebesar 2,28 miliar dolar.
Meski begitu, Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti mengatakan pihaknya belum melihat adanya pengaruh penggunaan B20 di dalam negeri untuk penurunan impor migas. Penggunaan B20 di awal September kemungkinan baru bisa dilihat jelas pengaruhnya pada bulan depan.
"B20 kita belum terlalu kelihatan. Itu kan pencampuran. Harapannya impor bahan bakar diesel berkurang. Mudah-mudahan itu membantu penurunan impor. Bulan depan mudah-mudahan bisa dilihat lebih mendalam," kata Yunita, Senin (15/10).