Senin 15 Oct 2018 15:18 WIB

Bio Farma Paparkan Skema Inovasi Vaksin di Pertemuan IMF-WB

Bio Farma memandang penting adanya forum yang mengumpulkan periset dan peneliti.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Gita Amanda
Dirut Bio Farma menjadi salah satu pembicara di forum internasional di Bali.
Foto: Bio Farma
Dirut Bio Farma menjadi salah satu pembicara di forum internasional di Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen vaksin, Bio Farma, ikut ambil bagian dalam rangkaian Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) di Bali. Perusahaan pelat merah tersebut memaparkan skema inovasi vaksin yang dilakukan selama ini, plus berbagi pengalaman kepada peserta dari negara lain dalam hal pengembangan produksi vaksin.

Dirut Bio Farma, M Rahman Roestan menyebutkan, perusahannya ikut Konferensi High Level Meeting on Country-Led Knowledge Sharing (HLM4 on CKLS) yang merupakan lanjutan rangkaian acara Pertemuan IMF-WB 2018. Forum internasional ini digelar oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional  (PPN / Bappenas). Selain Indonesia, konferensi ini diiikuti oleh Jerman, Kenya, Turki, Jerman, serta perwakilan World Bank, dan USAID.

"Kami sudah menghasilkan inovasi produk vaksin Pentabio, 5 in 1 dalam satu kemasan (DTP, Hepatitis B, Hib), kemudian inovasi kemasan vaksin alat suntik sekali pakai, untuk vaksin Hepatitis," jelas Rahman, Senin (15/10).

Dalam paparannya, Rahman juga menyampaikan bahwa pihaknya memiliki inisiatif penting dalam pembentukan Forum Riset Life science Nasional sejak tahun 2011. Forum riset ini dibentuk dengan melibatkan sinergi pentaheliks, yakni akademisi, bisnis, pemerintah, komunitas, dan media.

photo
Bappenas menggelar Konferensi High Level Meeting on Country-Led Knowledge Sharing (HLM4 on CKLS) sebagai acara lanjutan Pertemuan IMF-WB di Nusa Dua Bali, Senin (15/10).

Rahman memandang penting adanya forum yang mengumpulkan periset dan peneliti. Pakar dari perguruan tinggi, pemerintah, dan industri khususnya periset dalam bidang vaksin dan Life Science, bertujuan untuk melakukan pengembangan vaksin dan produk Life Science baru dalam negeri.

Namun Bio Farma tak melulu melakukan pengembangan produk saja. Di bidang Teknologi Informasi, Bio Farma juga melakukan peningkatan kualitas. Bio Farma mencoba mengintegrasikan sistem Enterprise Resources Planning untuk perusahaan Bio Teknologi, serta menerapkan teknologi sistem track and trace untuk menjamin risiko pemalsuan produk vaksin.

"Bentuk realisasi dari forum riset dengan pembentukan konsorsium forum riset Life Science nasional," katanya.

Saat ini ada lima konsorsium yang sudah terbentuk, yakni New TB Vaccine, Dengue, Hepatitis B, HIV, EPO atau Bio Similar. Selain itu juga working group untuk influenza, malaria, rotavirus, stem cell, pneumococcus, dan delivery system.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement