Jumat 12 Oct 2018 18:02 WIB

Bos IMF Sampaikan Tantangan Ekonomi Dunia

Perang dagang AS-Cina berimbas pada kebijakan ekonomi negara lain.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengikuti pertemuan ASEAN Leaders Gathering yang diikuti para kepala negara/pemerintahan negara-negara ASEAN, sekjen ASEAN, presiden Grup Bank Dunia, sekjen PBB di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10).
Foto: Antara/ICom/AM IMF-WBG/Afriadi Hikmal
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengikuti pertemuan ASEAN Leaders Gathering yang diikuti para kepala negara/pemerintahan negara-negara ASEAN, sekjen ASEAN, presiden Grup Bank Dunia, sekjen PBB di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Managing Director and Chairwoman Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde, mengingatkan negara-negara yang hadir dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Nusa Dua Bali terkait tantangan ekonomi yang sedang mengadang. Bos IMF tersebut menyebutnya dengan istilah 'multilateralisme baru', yang arahnya lebih berorientasi pada masyarakat dunia. 

Tantangan pertama yang ia sebut menyangkut stabilitas makroekonomi, dengan bahan bakarnya yakni sektor perdagangan. Menurutnya, sepanjang 70 tahun belakangan sektor perdagangan telah mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan bagi seluruh negara di dunia. Namun kondisinya kini justru berbalik. Ia menyadari, terlalu banyak orang yang tidak ikut menikmati manfaat dari praktik perdagangan antarnegara ini. 

"Kami tidak memperkirakan ekskalasi ketegangan perdagangan saat ini mampu menurunkan PDB (Produk Domestik Bruto) global sebanyak 1 persen selama dua tahun ke depan," ujar Lagarde dalam pidatonya saat Plenary Meeting, Jumat (12/10).

Pernyataan Lagarde seolah menyentil ketegangan perdagangan yang saat ini terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Cina. Perang dagang antara keduanya berimbas pada kebijakan ekonomi negara-negara lain di dunia, terutama negara berkembang. 

Lagarde juga menyampaikan, negara-negara di dunia perlu bersatu untuk mengekskalasi sengketa yang ada. Perdagangan global, lanjutnya, harus bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat dunia. Artinya, lanjutnya, sistem perdagangan harus diperbaiki bukan malah merusaknya. 

Tantangan selanjutnya adalah risiko dan kerentanan terhadap utang yang terus meningkat. Mengutip data IMF, utang pemerintah dan swasta secara global menyentuh 182 triliun dolar AS, setara 224 persen dari PDB dunia. Angka ini juga tercatat 60 persen lebih tinggi dari capaiannya di tahun 2007. 

"Saat kondisi keuangan makin ketat, angin dapat berputar terutama untuk emerging market, mendorong adanya arus balik modal," katanya.

Lagarde mendorong setiap negara mulai memikirkan adanya kebijakan domestik yang dilengkapi jaring pengaman keuangan global, regional financial arrangement. IMF sendiri, lanjut Lagarde, menghadirkan upaya untuk menjaga stabilitas keuangan global termasuk dengan penyaluan pinjaman (lending), pemantauan (surveillance), dan pengembangan kapasitas (capacity development). 

"Dunia yang terhubung ini tak bisa dikelola sendiri. Kita perlu kerja sama," kata Lagarde. 

Baca juga, Lagarde Sindir Perang Dagang AS-Cina Lewat Pidato

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement