Jumat 12 Oct 2018 16:25 WIB

Peserta Pertemuan IMF-WB Belanjakan Rp 38 Juta per Orang

Potensi devisa sepanjang acara IMF-WB Meeting di Bali bisa Rp 1 triliun

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Pleno Pertemuan IMF. Ketua Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia 2018  Petteri Orpo menyampaikan paparan pada pleno Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia Grup 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).
Foto: Republika/ Wihdan
Pleno Pertemuan IMF. Ketua Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia 2018 Petteri Orpo menyampaikan paparan pada pleno Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia Grup 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Efek ekonomi yang didapat oleh Bali, dan Indonesia secara umum, dengan penyelenggaraan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) ternyata cukup signifikan. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengestimasi, angka belanja yang dikeluarkan setiap peserta mencapai 2.500 dolar AS atau setara Rp 38 juta.

Tak hanya itu, potensi devisa yang bisa didapat sepanjang acara IMF-WB Meeting di Bali bisa menyentuh Rp 1 triliun. Bahkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan potensi devisa yang muncul bisa mencapai Rp 5,9 triliun.

"Tapi yang bisa dilihat direct impact nya Rp 1,1 triliun di seluruh Indonesia, 95 persennya di Bali," ujar Arief di Indonesia Pavilion, Nusa Dua Bali, Jumat (12/10).

Tak hanya itu, sebagian peserta juga diketahui telah memesan paket wisata setelah pertemuan IMF-WB rampung. Kementerian Pariwisata misalnya menawarkan 63 destinasi perjalanan wisata yang bisa dipesan oleh para peserta. Destinasi populer seperti Lombok, Danau Toba, hingga Bangka Belitung masuk dalam daftar penawaran.

"Yang sudah dipesan ada 2.600 paket (wisata) sebelum tanggal 12 (Oktober)," kata Arief.

Harga paket wisata yang dipesan oleh para peserta IMF-WB Meeting pun bervariasi, mulai dari Rp 1,1 juta hingga Rp 30,4 juta. Untuk yang paket wisata seharga Rp 30 juta ke atas misalnya, untuk menginap di Labuan Bajo, NTT di atas kapal selama 3 hari 2 malam.

"Pemerintah hanya memfasilitasi ya. Yang kelola ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia)," katanya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement