REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Self regulator organization (SRO) pasar modal yang terdiri dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyelenggarakan festival investasi terbesar di Indonesia, Indonesia Investment Festival (Investival) 2018 yang bertajuk Investing is Easy.
Acara yang diadakan di Summarecon Mal Bekasi pada 5-7 Oktober 2018 ini ditargetkan mampu menyedot hingga 6.000 pengunjung. Selama tiga hari ini pengunjung dapat langsung bertanya mengenai produk pasar modal di booth yang disediakan, serta mengikuti talkshow mengenai investasi.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Kristian Manullang mengatakan, Kota Bekasi dipilih sebagai tempat penyelenggaraan untuk memperluas jangkauan literasi pasar modal kepada seluruh masyarakat di kota-kota satelit, sehingga pelaksanaannya tidak hanya terfokus di kota besar saja.
Selain memiliki jumlah penduduk tinggi, jumlah investor pasar modal di Bekasi juga merupakan terbanyak kedua di Jawa Barat, setelah kota Bandung. "Selain memiliki jumlah penduduk tinggi, Bekasi memiliki jumlah investor pasar modal terbanyak kedua setelah Bandung, ini menunjukkan ketertarikan pasar modal," ujar Kristian dalam pembukaan Investival 2018, Jumat (5/10).
Acara yang merupakan program sosialisasi dan edukasi yang juga didukung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini bertujuan membangun tingkat kesadaran dan ketertarikan masyarakat umum mengenai pasar modal dan investasi di pasar modal. Direktur standar akuntansi dan tata kelola OJK Nur Sigit Warsidi pasar modal terus menunjukkan kinerja positif setiap tahunnya. Khususnya di industri reksa dana, total dana kelolaan telah tumbuh sebesar 8,00 persen dari Rp 458 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp 493 triliun per 14 September 2018.
IHSG sebagai indikator transaksi pasar modal, meskipun saat ini mengalami penurunan, selama 5 tahun terakhir ini mengalami peningkatan sebesar 35 persen. Saat ini jumlah investor pasar modal adalah sebanyak 1,4 juta investor.
"Secara nominal itu besar, namun secara persentase hanya mewakili 0,5 persen dari penduduk Indonesia. Sangat disayangkan hanya sebagian kecil masyarakat yg memperoleh manfaat dari berinvestasi di pasar modal," jelas Nur Sigit.
Agar semakin banyak masyarakat yang mendapat manfaat dari pasmod, OJK, BEI dan pelaku industri melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan investor di pasar modal. Upaya yang dilakukan antara lain dengan terus melakukan sosialisasi dan edukasi pasar modal kepada masyarakat. Upaya lain dengan memperluas distribusi pemasaran pasar modal, dengan mendorong pembentukan perusahaan efek daerah.
Kedua, membuka kesempatan bagi bank, asuransi dan perusahaan pembiayaan untuk menjadi agen penhualan reksa dana. Ketiga, mendorong penjualan reksadana melalui gerai penjualan seperti supermarket, kantor pos dan lainnya.
OJK juga terus mendorong invasi fintech dalam rangka digitalisasi distribusi pasar modal. Pembelian reksadana juga bisa dilakukan melalui platform online.
"Dengan banyaknya masyarakat yang menggunakan smartphone, kami percaya pemanfaatan fintech dalam pemasaran akan sangat efektif untuk memperluas basis investor pasar modal," kata Nur Sigit.
Sementara itu Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto menyatakan dukungan pemerintah kota untuk melakukan edukasi dan sosialisasi yang masif mengenai pasar modal. "Khusus untuk di tingkat pemkot, mudah-mudahan bisa kita berikan kelas khusus, agar ada satu keinginan bahwa pendapatan yang kita hasilkan tidak semua jadi konsumsi, tapi ada yang bisa diinvestasikan," kata Tri Adhianto.