Selasa 02 Oct 2018 19:21 WIB

Sri Mulyani: Perbankan Kuat Respons Kurs Rp 15 Ribu/Dolar AS

Kemenkeu, BI, dan Menko Perekonomian akan pantau perkembangan rupiah.

Red: Nur Aini
Menteri Keuangan Sri Mulyani
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Menteri Keuangan Sri Mulyani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani meyakini sektor perbankan di Tanah Air masih cukup kuat untuk merespons dan menyesuaikan kondisi terkini terkait nilai tukar rupiah yang mencapai titik psikologis baru Rp 15 ribu per dolar AS.

"Kita lihat dari capital adeqequacy ratio-nya mereka, dilihat dari nonperforming loan mereka, dilihat dari landing rate mereka, semuanya sampai dengan bulan Oktober ini dan tampaknya menyesuaikan terhadap angka Rp 15 ribu terjadi secara cukup baik," kata Sri Mulyani kepada pers di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (2/10).

Pihaknya menyatakan bersama-sama dengan Bank Indonesia dan Menko Perekonomian terus melihat perkembangan rupiah. Sri Mulyani menilai perkembangan ini tentu akan direspons oleh para pelaku ekonomi.

"Di satu sisi, kita akan melihat terus indikator-indikator yang menopang perekonomian kita. Umpamanya, kalau dari sisi perbankan, apakah sektor perbankan kita cukup kuat dan terus akan bisa menyesuaikan dengan nilai 15 ribu ini," katanya.

Ia juga melihat dari sektor riil dimana pertumbuhan ekonomi hingga kuartal III diperkirakan cukup tinggi. "Kemarin inflasi mengalami penurunan, deflasi, dan pertumbuhan dikontribusikan dari sektor konsumsi, investasi dan pada tingkat tertentu adalah ekspor dan belanja pemerintah yang saya sampaikan tumbuh 8 persen bisa memberikan kontribusi yang bagus," katanya.

Dari sisi kestabilan secara umum, kata dia, tentu Bank Indonesia akan terus mengelola nilai tukar ini sehingga bisa mengawal perekonomian dan menyesuaikan dengan tingkat ekuilibrium baru. "Kita tentu semua berharap dan terus akan menjaga dengan menggunakan instrumen yang ada," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya akan menggunakan instrumen APBN, fiskal dalam menjaga perekonomian, baik dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, meningkatkan stabilitas dan juga melindungi kelompok masyarakat yang paling rawan.

"Saya melihat ini suatu tingkat yang harus kita lihat secara seksama, namun juga saya harus melihat penyesuaian terhadap level normalisasi dari kebijakan moneter Amerika yang berdampak terhadap rupiah, bisa berjalan cukup baik," katanya.

Ia berharap penyesuaian itu bisa muncul dengan tetap indikator-indikator perekonomian terjaga secara baik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement