REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan salah satu tantangan untuk bisa mengembangkan bisnis gas di Indonesia saat ini adalah kesinambungan infrastruktur. Berbeda dengan minyak yang bisa didistribusikan menggunakan alat angkut seperti kapal, gas dalam praktik bisnisnya membutuhkan kepastian infrastruktur pipa gas.
Apalagi, kata Arcandra, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki tantangan tersendiri dalam pengembangan infrastruktur gas. Ia mengatakan, perencanaan bisnis gas harus disesuaikan dan terintegrasi dengan pembangunan infrastrktur gas yang ramah dengan wilayah kepulauan seperti Indonesia.
"Kalau minyak diproduksi ekspor mudah, kalau gas tidak semudah itu, harus buat infrastruktur sebelum development. Pengembangan infrastruktur gas harus menyesuaikan. ini menjadi PR kita semua," ujar Arcandra di Hotel Pullman, Selasa (25/9).
Arcandra juga mengatakan bisnis gas tidak bisa terlepas dari demand dari gas tersebut. Ia menjelaskan, kepastian demand menjadi faktor penting, agar ketika gas sudah diproduksi bisa langsung didistribusikan kepada konsumen. Padahal, kata Arcandra, persoalan permintaan ini tidak bisa ditebak perkembangannya.
Maka, kata Arcandra, perkembangan permintaaan menjadi hal penting dalam pemerintah dan KKKS dalam membuat kesepakatan kontrak investasi gas dalam negeri. Namun, Arcandra merujuk kembali daya minat konsumen bisa berkembang di Indonesia juga perlu didukung infrastruktur yang kuat. Maka, kata Arcandra, pemerintah sangat konsen untuk bisa mendorong Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk mengembangkan infrastruktur.
"Tapi kita tidak kemudian tinggal diam menunggu demand, perencanaan yang lebih matang, dan memperkuat infrastruktur menjadi dua penguatan bisnis gas dalam negeri," ujar Arcandra.