Senin 24 Sep 2018 09:34 WIB

Kemendes-PT Pos Tingkatkan Sistem Logistik Daerah Tertinggal

Ini agar minimnya aksesabilitas tak menghambat distribusi hasil produksi.

Kemendes PDTT bersama PT Pos Indonesia bekerja sama meningkatkan sistem logistik untuk distribusi hasil proudksi daerah tertinggal.
Foto: Kemendes PDTT
Kemendes PDTT bersama PT Pos Indonesia bekerja sama meningkatkan sistem logistik untuk distribusi hasil proudksi daerah tertinggal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bekerja sama dengan PT Pos Indonesia untuk meningkatkan sistem logistik hasil produksi di daerah tertinggal. Hal tersebut dibutuhkan agar persoalan minimnya aksesibilitas dan transportasi tidak menghambat distribusi hasil produksi daerah tertinggal kepada pusat pertumbuhan

“Dalam skema kerja sama yang terbangun, PT Pos Indonesia diharapkan dapat membantu menyediakan box untuk mengangkut hasil produksi di daerah tertinggal, misalnya mengangkut hasil panen petani manga. Untuk memperlancar proses distribusi, petani akan diajarkan cara untuk mensortir buah-buahan dengan kualitas terbaik. Kemudian petani tinggal memasukkan mangga ke dalam box yang sudah disediakan,” kata Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Kemendes PDTT Samsul Widodo, akhir pekan ini, seperti dalam siaran persnya.

Samsul menambahkan, PT Pos Indonesia nantinya akan mengangkut hasil produksi tersebut dan mengirimkankan ke konsumen di seluruh Indonesia. Tidak hanya buah-buahan, skema distribusi produk daerah tertinggal ini juga akan diterapkan di komoditas lain, seperti  sayur mayur, ikan segar, bahkan ikan hias, mengingat potensi produk unggulan di daerah tertinggal sangat beragam.

Pilot project kerja sama dengan PT Pos Indonesia ada di empat titik, yakni di Kabupaten Situbondo, Bondowoso, Berau dan Sorong. Khusus Kabupaten Berau dan Sorong komoditas yang dipilih adalah ikan segar mengingat besarnya potensi ikan segar yang dimiliki kedua kabupaten tersebut,” lanjutnya.

Selain aksesibilitas dan transportasi, Samsul menilai permasalahan lain yang berkaitan dengan produksi komoditas unggulan tidak hanya daerah tertinggal tapi hampir terjadi di seluruh daerah di Indonesia adalah ketersediaan lahan perkebunan yang masih minim. Rata-rata, daerah tidak memiliki banyak perkebunan mangga, alpukat, pisang, manggis, dan lain-lain. Namun pohon buah-buahan tersebut dapat tumbuh subur di pekarangan-pekarangan rumah penduduk dengan jumlah yang tidak sedikit.

“Artinya ke depan akan dikembangkan teknologi untuk melakukan pendataan pohon-pohon tersebut sehingga hasil panennya dapat dikonsolidasi bahkan dapat diprediksi waktu panen. Hal ini akan memudahkan konsumen untuk mendapat kepastian produksi,” terang Samsul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement