REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan relatif stabil dan cenderung menguat setelah sempat mengalami tekanan akibat gejolak ekonomi global. Hal ini didorong oleh sejumlah faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
"Kalau kita lihat perkembangan nilai tukar rupiah minggu ini, hari ini dan dalam beberapa waktu ke depan, alhamdulilah kecenderungannya nilai tukar rupiah itu stabil, bahkan ada kecenderungan menguat," ujar Perry saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jumat (21/9).
Perry menuturkan, ada tiga faktor pendukung stabil dan menguatnya Rupiah. Pertama yaitu, meredanya risiko di pasar keuangan global terutama terkait ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina maupun di pasar keuangan. Bahkan, lanjut Perry, banyak investor global termasuk pengelola investasi (fund manager) besar, melihat bahwa perang dagang tersebut tidak berdampak baik bahkan terhadap ekonomi AS sehingga mereka mulai kembali berinvestasi ke berbagai negara berkembang.
"Sekali lagi, perang dagang ini tidak berdampak baik, tidak hanya bagi ekonomi global tapi juga bagi ekonomi AS sehingga mereka mulai mengalokasikan portofolio yang tempo hari ditarik dari emerging market kembali ke emerging market," kata Perry.
Selain itu, arus modal asing terlihat mulai masuk ke Indonesia kendati jumlahnya belum besar. Perry berharap, pada lelang minggu depan akan ada banyak modal asing yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN).
"Sejauh ini, yang masuk lebih kepada di pasar sekunder belum terlalu besar," kata Perry.
Sedangkan faktor kedua yang mendorong stabilnya rupiah yaitu keyakinan investor baik domestik maupun global terhadap langkah-langkah kebijakan Bank Indonesia dan juga pemerintah, cukup kuat. Pemerintah dan BI juga sempat berkomunikasi dengan sejumlah investor besar di Singapura, London, dan New York. Mereka diklaim yakin terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
"Apalagi melihat kebijakan yang ditempuh oleh Indonesia baik di bidang kebijakan moneter yang 'pre-emptive', pendalaman pasar keuangan valas yang terus dilakukan, kebijakan fiskal yang "prudent" maupun juga langkah-langkah konkret pemerintah untuk turunkan defisit transaksi berjalan. Sehingga Indonesia dipandang memiliki prospek yang baik dan dibedakan dengan sejumlah negara emerging market," ujar Perry.
Faktor terakhir, yaitu semakin banyaknya eksportir dan pemilik valuta asing (valas) yang menjual valasnya ke pasar sehingga menambah suplai dolar domestik. Perry pun mengapresiasi para pengusaha dan eksportir tersebut. Ia pun mengimbau dan mengajak para pengusaha dan eksportir lainnya untuk menjual valasnya ke pasar.
"Saya mengajak pengusaha untuk semakin banyak menjual valasnya di pasar sehingga rupiah semakin stabil. Semuanya ini sama-sama kita jaga stabiltas ekonomi karena memang ekonomi domestik kita itu cukup baik. Ekonomi tumbuh, konsumsinya terus meningkat, investasi meningkat, perbankan juga baik, semuanya baik," ujar Perry.
Baca juga, Rupiah Akhir Pekan Menguat