REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan sore ini bergerak menjauhi Rp 14.800. Rupiah pada Jumat (21/9) menguat sebesar 58 poin menjadi Rp 14.791 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.849 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures, Faisyal di Jakarta mengatakan meredanya ketakutan pelaku pasar terhadap perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok membuat mata uang berisiko, seperti rupiah kembali dilirik sehingga mengalami apresiasi. "Akibatnya, pasar aset-aset berisiko di negara berkembang menunjukkan kinerja yang baik," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah cenderung masih dibatasi oleh sentimen bank sentral Amerika Serikat (The Fed). "Jika investor mempertimbangkan potensi kenaikan suku bunga The Fed dalam pertemuan FOMC pekan depan maka apresiasi mata uang domestik dapat tertahan," katanya.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan apresiasi rupiah juga ditopang oleh sentimen dari penilaian Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,2 persen. "Bank Dunia menilai permintaan domestik yang lebih kuat di Indonesia akan terus menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (21/9), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp 14.824 dibanding sebelumnya (20/9) di posisi Rp 14.839 per dolar AS.